Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Aksi Korporasi IPO hingga Obligasi di BEI Tembus Rp306 Triliun

Berdasarkan catatan OJK, sepanjang 2021 penghimpunan dana di pasar modal mencapai Rp306,9 triliun dari 152 penawaran umum.
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso, dalam acara Capital Market Day di London, Inggris, Jumat (29/10/2021), mengajak investor mancanegara untuk menanamkan investasinya di pasar modal Indonesia seiring dengan prospek pemulihan ekonomi./ OJK.
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso, dalam acara Capital Market Day di London, Inggris, Jumat (29/10/2021), mengajak investor mancanegara untuk menanamkan investasinya di pasar modal Indonesia seiring dengan prospek pemulihan ekonomi./ OJK.

Bisnis.com, JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan aksi korporasi di pasar modal cenderung bertumbuh pada 2021 yang ditunjukkan dengan besarnya nilai emisi.

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso menyampaikan awareness terhadap teknologi dan sektor-sektor usaha yang berkaitan dengan teknologi menjadi salah satu pendorong minat transaksi masyarakat di pasar modal. 

Kesadaran ini membuat banyak aktivitas di pasar modal menjadi semakin dekat dengan masyarakat dan semakin terpantau. Alhasil, hal ini otomatis membuat minat penghimpunan dana atau sisi supply di pasar modal melalui penawaran umum pun tetap terjaga. 

Berdasarkan catatan OJK, sepanjang 2021 penghimpunan dana di pasar modal mencapai Rp306,9 triliun dari 152 penawaran umum. Sebanyak 41 emiten baru mencatatkan penawaran umum perdana sepanjang tahun ini. 

Adapun, porsinya dari total ini disumbang penawaran umum perdana Rp49,4 triliun, penawaran umum terbatas Rp168,6 triliun, dan surat utang Rp88,9 triliun. Ke depan, tercatat masih terdapat 81 penawaran umum yang berada dalam pipeline yang diperkirakan senilai Rp41,25 triliun. 

"Minat penghimpunan dana terus terjaga, karena terbukti telah melampaui capaian 2020. Apalagi, masih ada startup lain yang akan masuk ke bursa dan nilainya terbilang cukup besar. Belum tahu apakah akan masuk di akhir tahun ini atau 2022. Jadi ini memberikan ruang yang terbuka lebar buat [lonjakan] transaksi investor ritel ke depan," ujarnya dalam webinar Economic Outlook 2021, Senin (22/11/2021).

Wimboh menjelaskan bahwa hal ini menilik fakta di lapangan, di mana nilai frekuensi transaksi saham tercatat meningkat signifikan pada awal Oktober 2021.

"Ini karena masyarakat confidence, fundamental pasar modal kita tetap tinggi. Kenapa? Karena kita basisnya konsumsi dalam negeri, sehingga kalau mobilitas itu dibuka, semua sektor dipastikan akan bergerak," paparnya.

Seperti diketahui, investor ritel menjadi salah satu komponen utama pendongkrak jumlah investor pasar modal di Indonesia sanggup menembus 6,8 juta akun, tercatat tumbuh 102 persen. 

Secara demografi usia, dominasi investor ritel muda atau milenial berusia di bawah 30 tahun pun makin terasa. Tepatnya, dari porsi 54,9 persen pada Desember 2020 kini menjadi 59,5 persen dari total investor pada Oktober 2021.

"Karena masyarakat selaku investor ritel tidak punya kesempatan piknik, tidak bisa konsumsi dan tidak bisa sering-sering 'menggesek kartu kredit' seperti sebelumnya, karena ruang konsumsi juga sempit terkaitan mobility. Maka, setelah didorong investasi melalui digital platform, jumlahnya bisa menanjak cukup pesat," tambahnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Aziz Rahardyan
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper