Bisnis.com, JAKARTA - PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. memberikan dukungan penuh bagi anak perusahaan maupun portofolio investasi perusahaan teknologi perseroan untuk melantai di Bursa Efek Indonesia.
Direktur Utama Elang Mahkota Teknologi Alvin W. Sariaatmadja mengatakan perseroan tidak mengesampingkan kemungkinan anak perusahaan maupun entitas investasi untuk go public dalam beberapa tahun ke depan.
Dia mengatakan kondisi pasar saham Indonesia saat ini kian menarik dilihat dari sisi likuiditas maupun keberagaman perusahaan.
“Saya kira sangat memungkinkan untuk berbagai perusahaan kami yang lainnya untuk bisa melantai,” kata Alvin, Selasa (16/11/2021).
Lebih lanjut, Alvin juga turut menantikan initial public offering (IPO) dari GoTo yang dinilainya bakal dapat menjadi katalis untuk perusahaan teknologi lain bisa tercatat di BEI.
Dalam perkembangan terpisah, Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan saat ini peraturan otoritas jasa keuangan (POJK) multiple voting share (MVS) sudah dalam tahap finalisasi untuk bisa segera diberlakukan.
Baca Juga
Penggunaan MVS adalah salah satu upaya untuk menarik raksasa teknologi atau unicorn untuk menjadi perusahaan publik di Indonesia. Salah satu perusahaan yang berniat untuk maju go public adalah entitas merger Gojek dengan Tokopedia (GoTo).
“Bursa dan SRO lainnya dalam hal ini terus mendukung proses tersebut termasuk secara intens berdiskusi dengan OJK,” katanya dikutip Selasa (16/11/2021).
Nyoman berharap POJK tersebut selesai tepat waktu sehingga dapat dimanfaatkan stakeholder Pasar Modal Indonesia.
Nyoman menambahkan implementasi MVS akan langsung diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Selain itu, regulator juga akan menetapkan kriteria apa saja yang dibutuhkan emiten untuk mendapatkan izin MVS. Menurutnya perbedaan bisnis model dan valuasi akan menjadi salah satu penilaian.
Baru-baru ini, Grup GoTo mengumumkan penutupan pertama penggalangan dana pra-IPO yang mencapai lebih dari Rp18,56 triliun (US$1,3 miliar). Dana tersebut dihimpun dari sejumlah investor di antaranya Abu Dhabi Investment Authority (ADIA), Avanda Investment Management, Fidelity International, Google, Permodalan Nasional Berhad (PNB), Primavera Capital Group, SeaTown Master Fund, Temasek, Tencent, dan Ward Ferry.