Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jadi Saham Termahal, Emiten Sinar Mas DSSA Mau Stock Split 1:10

Emiten Grup Sinar Mas PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA) akan melakukan pemecahan saham atau stockplit seiring dengan melambungnya harga.
Pengunjung berada di dekat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (17/7/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pengunjung berada di dekat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (17/7/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA) berencana akan melakukan pemecahan saham atau stock split, dengan rasio 1:10.

Dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (15/11/2021), emiten berkode saham DSSA ini menyampaikan, nilai nominal saham perseroan setelah stock split adalah Rp25 per saham, dari sebelumnya Rp250 per saham.

"Stock split ini diharapkan dapat meningkatkan minat investor untuk membeli saham perseroan, meningkatkan jumlah pemegang saham perseroan, meningkatkan likuiditas saham perseroan, dan mendukung pertumbuhan nilai perseroan," tulis Manajemen DSSA.

Selain itu, dengan stock split ini, jumlah saham perseroan yang beredar akan bertambah menjadi 7.705.523.200 saham, dari sebelumnya 770.552.320 saham.

Untuk menjalankan aksi korporasi ini, DSSA rencananya akan melakukan rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada 22 Desember 2021.

Pada penutupan perdagangan hari ini, Senin (15/11/2021), saham DSSA tercatat ditutup terkoreksi 125 poin atau 0,25 persen ke level Rp50.275 saham. Saham DSSA saat ini menjadi salah satu saham termahal yang diperdagangkan di BEI.

Dengan estimasi penutupan hari ini, harga saham DSSA diperkirakan akan berada di level Rp5.027 per saham setelah stock split dilakukan. Namun, tentunya harga pelaksanaan stock split ditentukan selepas RUPSLB.

Adapun sejak awal tahun hingga saat ini, saham DSSA tercatat telah mengalami kenaikan 214,22 persen. Saham ini memiliki kapitalisasi pasar senilai Rp38,74 triliun, dengan PER 30,42 kali.

Melambungnya saham DSSA tak lepas dari peningkatan harga batu bara dan rencana entitas usaha mengakuisisi aset tambang di Australia.

Pada Senin (8/11/2021), manajemen DSSA mengumumkan bahwa perusahaan melalui anak usahanya berencana melakukan akuisisi Dampier Coal dengan nilai pembayaran US$1,35 miliar yang terdiri dari tiga tahap, atau sekitar Rp18,9 triliun (estimasi kurs Rp14.000 per dolar AS).

Berdasarkan laporan fakta material perusahaan pada Senin (8/11/2021), DSSA melalui anak usahanya, Stanmore Resources Limited, menandatangani perjanjian jual beli dengan BHP Minerals Pty Ltd (BHP) melalui kedua entitas anak usahanya, mengakusisi seluruh saham Dampier Coal (Qld) Pty Ltd (Dampier Coal).

Adapun, rencana transaksi pembelian dilakukan saham tersebut dilakukan oleh Stanmore SMC Holdings Pty Ltd (SMC) yang merupakan entitas anak Stanmore, dan BHP Mitsui Coal Pty Ltd (BMC) yang memiliki hubungan rencana perolehan 80 persen kepentingan ekonomi dengan BHP.

Pembayaran atas Rencana Transaksi akan dilakukan secara bertahap dengan menggunakan kombinasi pendanaan internal dan eksternal.

Adapun, ketentuan pembayaran pertama senilai US$1,1 miliar jatuh tempo saat penyelesaian Rencana Transaksi. Selanjutnya US$100 juta akan jatuh tempo enam bulan setelah penyelesaian Rencana Transaksi.

Terakhir, pembayaran akuisisi hingga maksimum US$150 juta berdasarkan mekanisme bagi hasil atas pendapatan jika harga jual rata-rata berada di atas ambang tertentu selama periode dua tahun, dan jatuh tempo dalam waktu tiga bulan setelah akhir periode pengujian yang diperkirakan pada 2024.

"Harga pembelian akan tunduk pada penyesuaian lazimnya saat penyelesaian Rencana Transaksi. Lebih lanjut, penyelesaian Rencana Transaksi diperkirakan akan terlaksana pada pertengahan 2022, yang mana penyelesaiannya masih tunduk pada pemenuhan syarat-syarat pendahuluan," tulis manajemen DSSA.

Sebagai informasi, BMC memiliki tambang aset batu bara metalurgi yang terletak di Queensland, Australia, yang terdiri dari South Walker Creek dan tambang Poitrel, dengan total produksi batu bara metalurgi sekitar 10 juta ton per tahun dan total cadangan sebanyak 171 juta ton, serta proyek batu bara Wards Well yang belum dikembangkan.

"Perseroan berharap bahwa dengan terealisasinya Rencana Transaksi ini, DSSA, melalui entitas anak, akan memperkuat posisinya sebagai salah satu pelaku bisnis dalam usaha batu bara metalurgi di wilayah Asia dan Oseania yang selanjutnya dapat memberikan dampak positif bagi para pemegang saham," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper