Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat melanjutkan pelemahan pada awal perdagangan Rabu (10/11/2021) setelah data menunjukkan inflasi AS melonjak dengan laju tercepat sejak 1990.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks Dow Jones Industrial Average melemah 0,04 persen ke level 36.307,52, sedangkan indeks S&P 500 melemah 0,18 persen ke level 4.676,90 dan Nasdaq turun 0,48 persen ke 15.810,45.
Indeks melemah setelah data Departemen Tenaga Kerja AS mencatat indeks harga konsumen atau consumer price index (CPI) AS naik 6,2 persen year-on-year (yoy) dari Oktober 2020, terbesar sejak 1990.
Dibandingkan bulan September 2021, laju inflasi meningkat 0,9 persen, kenaikan tertinggi dalam empat bulan terakhir. Kedua data CPI tersebut melampaui survei Bloomberg terhadap para ekonom.
"Jika inflasi tidak mereda, Federal Reserve mungkin perlu meningkatkan laju pengurangan pembelian obligasi dan menaikkan suku bunga, yang dapat merugikan saham dan obligasi," kata pendiri Quadratic Capital Management Nancy Davis, dikutip Bloomberg, Rabu (10/11/2021).
Menteri Keuangan Janet Yellen pada hari Selasa menegaskan kembali pandangannya bahwa peningkatan inflasi AS tidak akan bertahan hingga tahun depan dan mengatakan The Fed tidak akan membiarkan pengulangan kenaikan harga seperti yang terjadi di tahun 1970-an.
Namun, para pelaku pasar khawatir bahwa data terbaru mungkin cukup untuk memaksa The Fed menaikkan suku bunga setelah Juni 2022 ketika program penguranan pembelian obligasi atau tapering selesai.
Kepala analis Principal Global Investors Seema Shah telah memperkirakan bahwa banyak pihak akan terkejut saat data inflasi ini dirilis dan menunjukkan lonjakan.
"Inflasi jelas semakin buruk sebelum menjadi lebih baik, sementara kenaikan harga tempat tinggal yang signifikan menambah bukti adanya perluasan tekanan inflasi," ungkap Seema.