Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

Inflasi AS Melonjak, Wall Street Melempem

Indeks Dow Jones Industrial Average melemah 0,04 persen ke level 36.307,52, sedangkan indeks S&P 500 melemah 0,18 persen ke level 4.676,90 dan Nasdaq turun 0,48 persen ke 15.810,45.
Aprianto Cahyo Nugroho
Aprianto Cahyo Nugroho - Bisnis.com 10 November 2021  |  22:03 WIB
Inflasi AS Melonjak, Wall Street Melempem
Seorang pelaku pasar tengah memantau pergerakan harga saham di bursa New York Stock Exchange (NYSE), New York, Amerika Serikat. - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat melanjutkan pelemahan pada awal perdagangan Rabu (10/11/2021) setelah data menunjukkan inflasi AS melonjak dengan laju tercepat sejak 1990.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Dow Jones Industrial Average melemah 0,04 persen ke level 36.307,52, sedangkan indeks S&P 500 melemah 0,18 persen ke level 4.676,90 dan Nasdaq turun 0,48 persen ke 15.810,45.

Indeks melemah setelah data Departemen Tenaga Kerja AS mencatat indeks harga konsumen atau consumer price index (CPI) AS naik 6,2 persen year-on-year (yoy) dari Oktober 2020, terbesar sejak 1990.

Dibandingkan bulan September 2021, laju inflasi meningkat 0,9 persen, kenaikan tertinggi dalam empat bulan terakhir. Kedua data CPI tersebut melampaui survei Bloomberg terhadap para ekonom.

"Jika inflasi tidak mereda, Federal Reserve mungkin perlu meningkatkan laju pengurangan pembelian obligasi dan menaikkan suku bunga, yang dapat merugikan saham dan obligasi," kata pendiri Quadratic Capital Management Nancy Davis, dikutip Bloomberg, Rabu (10/11/2021).

Menteri Keuangan Janet Yellen pada hari Selasa menegaskan kembali pandangannya bahwa peningkatan inflasi AS tidak akan bertahan hingga tahun depan dan mengatakan The Fed tidak akan membiarkan pengulangan kenaikan harga seperti yang terjadi di tahun 1970-an.

Namun, para pelaku pasar khawatir bahwa data terbaru mungkin cukup untuk memaksa The Fed menaikkan suku bunga setelah Juni 2022 ketika program penguranan pembelian obligasi atau tapering selesai.

Kepala analis Principal Global Investors Seema Shah telah memperkirakan bahwa banyak pihak akan terkejut saat data inflasi ini dirilis dan menunjukkan lonjakan.

"Inflasi jelas semakin buruk sebelum menjadi lebih baik, sementara kenaikan harga tempat tinggal yang signifikan menambah bukti adanya perluasan tekanan inflasi," ungkap Seema.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

Inflasi bursa as wall street
Editor : Aprianto Cahyo Nugroho

Artikel Terkait



Berita Lainnya

    Berita Terkini

    back to top To top