Bisnis.com, JAKARTA - Emiten petrokimia PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA) menghadapi tantangan yang cukup berat di industri petrokimia. Pasalnya, margin perseroan di kuartal III/2021 tertekan.
Akan tetapi, TPIA masih mampu mempertahankan tingkat produksinya pada 92 persen, yang meningkatkan volume produksinya sebesar 4,7 persen yoy dengan volume penjualan yang tumbuh sebesar 1 persen yoy.
Analis BRI Danareksa Sekuritas Ignatius Teguh Prayoga dalam risetnya mengatakan, pertumbuhan penjualan yang datar disebabkan oleh dampak meningkatnya kasus Covid-19 yang mendorong beberapa produsen untuk tutup mengikuti pembatasan mobilitas sosial.
"Meskipun harga poliolefin telah menunjukkan kenaikan harga, margin Oktober 2021 masih serupa dengan kuartal III/2021 yang dapat diperpanjang hingga kuartal IV/2021," kata Igantius dalam risetnya, dikutip Senin (8/11/2021).
Ignaius menjelaskan, harga polietilen dan polypropylene, kontributor pendapatan terbesar TPIA, turun sebesar 8 persen quarter on quarter (qoq) dan turun 5 persen qoq. Sementara, harga naphtha tumbuh sebesar 12 persen qoq, menurunkan margin polietilen dan polypropylene masing-masing sebesar 23 persen qoq dan 20 persen qoq.
Meski demikian, manajemen TPIA masih melihat prospek yang lebih baik untuk tahun 2022 karena meredanya pandemi Covid-19 yang akan menormalkan permintaan global.
Baca Juga
"BRI Danareksa Sekuritas memangkas target harga TPIA menjadi Rp9.900 dan mempertahankan rekomendasi BUY," kata dia.
Lebih lanjut, Ignatius melihat TPIA masih memiliki landasan yang kokoh untuk terus mengembangkan CAP2. Partisipasi ekuitas Thai Oil melalui rights issue, menandai tonggak penting CAP dalam usahanya untuk lebih mendominasi pasar petrokimia Indonesia.
Selain itu, TPIA juga bekerja sama dengan Aramco Trading Company untuk memasok hingga 200 KT per bulan yang mencakup 85 persen dari kebutuhan CAP 2 selama 10 tahun.
Hingga akhir tahun ini, BRI Danareksa Sekuritas memperkirakan pendapatan TPIA akan mencapai US$2,53 miliar, dengan laba bersih US$214 juta. Sementara untuk 2022, TPIA diperkirakan mampu meraup pendapatan US$2,82 miliar, dengan laba bersih US$218 juta.
"Kami masih memperkirakan kelebihan pasokan global akan terus berlanjut, sementara permintaan global belum sepenuhnya pulih yang dapat memperpanjang margin yang lebih rendah," ucapnya.