Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

OPEC+ Tolak Seruan AS, Harga Minyak Terus Melonjak

Produsen OPEC+ tetap menolak seruan AS untuk mempercepat peningkatan produksi, bahkan ketika permintaan mendekati tingkat prapandemi.
Newswire
Newswire - Bisnis.com 06 November 2021  |  08:04 WIB
OPEC+ Tolak Seruan AS, Harga Minyak Terus Melonjak
Kilang minyak lepas pantai di Skotlandia - Bloomberg/Jason Alden

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak mentah menetap lebih tinggi pada akhir perdagangan Jumat (5/11/2021) waktu New York, didorong oleh kekhawatiran baru atas ketatnya pasokan. 

Produsen OPEC+ tetap menolak seruan AS untuk mempercepat peningkatan produksi, bahkan ketika permintaan mendekati tingkat prapandemi.

Mengutip Antara, Sabtu (6/11/2021), harga minyak mentah Brent untuk pengiriman Januari melonjak US$2,20 atau 2,7 persen, menjadi ditutup pada US$82,74 per barel di London ICE Futures Exchange.

Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember bertambah US$2,46 atau 3,1 persen, menjadi berakhir di US481,27 per barel di New York Mercantile Exchange.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia, yang secara kolektif dikenal sebagai OPEC+, pada Kamis (4/11/2021) sepakat tetap pada rencana mereka untuk meningkatkan produksi minyak sebesar 400.000 barel per hari mulai Desember. Presiden AS Joe Biden telah menyerukan produksi ekstra untuk mendinginkan kenaikan harga.

Keputusan OPEC+ untuk tetap berada di jalur dan kurangnya respons substansial dari pemerintah Biden membuat reli minyak terus berlanjut, kata Direktur Energi Berjangka Mizuho, Bob Yawger.

Hanya upaya terkoordinasi, dengan China dan lainnya yang terlibat, yang akan mengatasi kekurangan barel di pasar, tambah Yawger.

Gedung Putih mengatakan akan mempertimbangkan semua alat yang ada untuk menjamin energi yang terjangkau, termasuk kemungkinan melepaskan minyak dari cadangan minyak strategis (SPR).

Sentimen juga diperoleh dari data yang menunjukkan pekerjaan AS meningkat lebih dari yang diperkirakan pada Oktober.

"Pasar tahu bahwa pelepasan cadangan strategis hanya dapat memiliki efek bearish sementara pada harga dan bukan solusi jangka panjang untuk ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan," kata Kepala Pasar Minyak Rystad Energy, Bjornar Tonhaugen dalam sebuah catatan.

Harga minyak Brent turun untuk minggu kedua berturut-turut, tergelincir sekitar 2,0 persen, sementara WTI turun 2,7 persen.

"Sementara faktor-faktor seperti musim dingin yang sangat dingin - yang dapat mendorong penggunaan lebih banyak minyak untuk pemanas - dapat mendukung harga, akan sulit bagi Brent untuk menembus di atas angka 87 dolar AS," kata Ann-Louise Hittle, Wakil Presiden, Riset Minyak di konsultan Wood Mackenzie, mencatat kapasitas terbatas untuk beralih gas ke minyak meskipun harga tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

Harga Minyak harga minyak wti harga minyak brent

Sumber : Antara

Editor : Farid Firdaus

Artikel Terkait



Berita Lainnya

    Berita Terkini

    back to top To top