Bisnis.com, JAKARTA – Indeks utama di bursa saham Amerika Serikat kompak dibuka merah pada perdagangan Rabu (3/11/2021) waktu setempat seiring penantian investor menunggu keputusan moneter utama bank sentral AS, Federal Reserve.
Berdasarkan data Bloomberg pada 20.31 WIB, indeks Dow Jones Industrial Average dibuka melemah 0,21 persen atau 74,34 poin ke 35.978,29, S&P 500 turun 0,10 persen atau 4,56 poin ke 4.626,09, dan Nasdaq tergelincir 0,03 persen atau 4,04 poin ke 15.645,57.
Saham blue chip dan teknologi turun karena pasar bersiap untuk bank sentral mengurangi stimulus moneternya. Beberapa emiten masih melaporkan kinerja keuangan kuartal III/2021. Saham Lyft (LYFT) naik setelah perusahaan ride-hailing itu membukukan pendapatan dan laba kuartal ketiga, yang melebihi ekspektasi, dengan pemulihan pengemudi dan penumpang membantu meningkatkan laba.
Raksasa makanan Mondelez (MDLZ) juga melaporakan hasil kuartal ketiga dan perkiraan setahun penuh yang melebihi perkiraan. Dalam perkembangan perusahaan lainnya, Bed Bath & Beyond (BBBY) mengumumkan kemitraan baru dengan Kroger dan berencana untuk mempercepat pembelian kembali sahamnya. Alhasil saham perusahaan melonjak pada awal perdagangan.
Investor pada Rabu akan mengalihkan perhatian mereka ke keputusan kebijakan moneter terbaru Federal Reserve dan konferensi pers dari Gubernur The Fed Jerome Powell.
Banyak pelaku pasar mengharapkan The Fed secara resmi mengumumkan dimulainya pengurangan program pembelian aset era krisis. The Fed sebelumnya telah mengisyaratkan kemungkinan segera mulai mengurangi pembelian aset atau tapering dan melanjutkan prosesnya hingga pertengahan tahun depan.
Pertanyaan yang lebih besar bagi pelaku pasar sekarang adalah kapan Fed mulai menaikkan suku bunga. Keputusan kebijakan moneter terbaru The Fed tidak akan datang dengan proyeksi terbaru tentang prospek suku bunga dari pembuat kebijakan individu.
"The Fed mencoba memisahkan keduanya dan berkata, dengarkan, fakta bahwa kita mulai dengan pengurangan sekarang tidak berarti bahwa kita mulai menaikkan suku bunga nanti. Alasannya, tentu saja, karena ada ketidakpastian di sekitar ekonomi, di sekitar pasar tenaga kerja, yang masih memiliki lima juta lebih banyak orang keluar dari pasar kerja daripada sebelum pandemi. Lalu juga, kapan inflasi akan turun? “ kata Willem Sels, kepala investasi HSBC Global Private Banking dan Wealth kepada Yahoo Finance.