Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produksi CPO Malaysia Diramal Kembali Normal Semester II/2022

Salah satu pendorong kenaikan harga CPO adalah penurunan pasokan dan produksi di Malaysia sebagai produsen minyak sawit terbesar kedua di dunia.
Pekerja mengangkat buah sawit yang dipanen di Kisaran, Sumatera Utara, Indonesia./Dimas Ardian - Bloomberg
Pekerja mengangkat buah sawit yang dipanen di Kisaran, Sumatera Utara, Indonesia./Dimas Ardian - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah Malaysia berencana meringankan pembatasan untuk kedatangan pekerja asing pada semester II/2022. Hal ini akan meringankan beban kekurangan tenaga kerja di perkebunan sawit yang mendorong harga minyak kelapa sawit ke level tertinggi tahun ini.

Menteri Keuangan Malaysia menyampaikan pada Jumat (29/10/2021), dengan kedatangan kembali para pekerja asing, hasil produksi minyak kelapa sawit Malaysia diperkirakan akan membaik dengan hasil buah segar dan ekstraksi minyak yang bisa jadi lebih banyak.

Minyak sawit, sebagai salah satu minyak yang paling banyak dikonsumsi, mengalami reli harga sepanjang tahun ini, mempimpin dibandingkan harga minyak nabati lainnya di pasaran.

Salah satu pendorong harganya adalah penurunan pasokan dan produksi di Malaysia sebagai produsen minyak sawit terbesar kedua di dunia.

Produksi CPO Malaysia diperkirakan anjlok ke level terendah selama lima tahun lantaran adanya hambatan dari kekurangan tenaga kerja yang melakukan penanaman dan panen. Hal ini membuat harga komoditas CPO di Malaysia melambung hampir 70 persen dibandingkan dengan tahun lalu dan menyentuh rekor pada bulan ini.

Salah satu perusahaan produsen CPO di Malaysia yang menyumbang 40 persen dari total pasokan mengatakan kondisi ini bakal berlangsung hingga Maret 2022.

Adapun, Menteri Keuangan Malaysia mengatakan, program Biodiesel untuk sektor transportasi di negara-negara B20 dan permintaan dari India serta China yang meningkat akan terus menjadi pendorong harga CPO ke depan.

Pada penutupan perdagangan Jumat, (29/10/2021), harga CPO Malaysia tercatat naik 92 poin atau 1,73 persen ke 5.402 ringgit per ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper