Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Erick Thohir Ganti CEO MIND ID Orias Moedak, Politisi Demokrat Sempat Minta Dipecat

Lengsernya Orias dari jabatan CEO MIND ID mengingatkan kembali pada kisah lama, soal permintaan Politisi Partai Demokrat M. Nasir agar Orias dipecat.
Direktur Utama PT Inalum (Persero) / MIND ID, Orias Petrus Moedak./inalum.id
Direktur Utama PT Inalum (Persero) / MIND ID, Orias Petrus Moedak./inalum.id

Bisnis.com, JAKARTA - Orias Petrus Moedak, resmi diturunkan dari jabatannya sebagai CEO BUMN Holding Industri Pertambangan Mining Industry Indonesia (MIND ID).

Soal penggantian CEO MIND ID, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pun mengonfirmasi hal itu merupakan putusan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada Jumat (29/2021).

Hendi Prio Santoso pun menjadi CEO MIND ID, menggantikan Orias. Direktur Jenderal Mineral dan Baru Bara Kementerian ESDM Ridwan Djamaluddin menegaskan jabatan CEO MIND ID diganti, bukan dicopot.

Namun, hingga berita ini diturunkan, belum ada keterangan resmi dari Kementerian BUMN, selaku pemegang saham pengendali MIND ID.

Lengsernya Orias dari jabatan CEO MIND ID mengingatkan kembali pada kisah lama, soal permintaan Politisi Partai Demokrat M. Nasir agar Orias dipecat pada 30 Juni 2020.

Permintaan pemecatan itu bermula dari perdebatan antara M. Nasir dan Orias soal utang MIND ID.

UTANG MIND ID

Dalam rapat mulanya Orias menjelaskan holding BUMN tambang atau MIND ID menerbitkan utang baru senilai US$2,5 miliar untuk refinancing sejumlah utang yang akan jatuh tempo dalam beberapa tahun ke depan, khususnya di level induk atau Inalum. Selain itu, dana tersebut digunakan untuk akuisisi 20 persen saham PT Vale Indonesia Tbk.

“Kami refinance US$500 juta [yang jatuh tempo] tahun depan, dan US$500 juta untuk 2023. Total refinance itu US$1 miliar. Selebihnya kami gunakan untuk refinance utang anak usaha yang bunganya tinggi, dan US$500 juta untuk membeli Vale,” katanya, Selasa (30/6/2020).

Dia menjelaskan refinancing utang obligasi yang akan jatuh tempo pada 2020 dan 2023, perseroan membeli langsung langsung obligasi dari pemegang obligasi. Kemudian, Inalum menawari pemegang obligasi dengan obligasi baru yang memiliki tenor lebih panjang.

Dengan menerbitkan utang baru ini, beban bunga yang ditanggung perseroan lebih rendah 0,7 persen dari rerata beban bunga sebelumnya. Dengan demikian, saat ini rerata beban bunga yang ditanggung perseroan berada di kisaran 5,4 persen per tahun.

“Kami tawarkan pemegang obligasi yang lama untuk jual, kita tukar dengan tenor yang lebih panjang. supaya kami tidak tertekan dari sisi cashflow. Yang sudah berhasil ditukar US$1 miliar,” ujarnya.

Orias menjelaskan bahwa instrumen obligasi bukanlah utang dengan ikatan aset kolateral sebagai jaminan. Praktik penerbitan utang seperti ini, lanjutnya, adalah hal wajar dilakukan oleh korporasi di manapun.

Namun, Anggota Komisi VII dari Fraksi Partai Demokrat Muhammad Nasir terus bertanya terkait kemampuan MIND ID membayar utang. Dia juga mempertanyakan cara dan mekanisme penerbitan utang obligasi yang tak menggunakan kolateral.

“Kalau potensi default seperti apa? Tugas saudara adalah untuk memastikan masalah utang ini selesai, bukan menambah utang lagi, utang lagi. Kalau seperti itu lulusan SMA bisa duduk di kursi bapak,” kata Nasir.

Orias menegaskan perseroan optimistis dapat membayar utang tersebut. Hal itu juga ditegaskan dengan peringkat yang diberikan oleh lembaga pemeringkat internasional terhadap perseroan dan surat utang itu.

“Saya optimistis bisa bayar, dan semua yang beri pinjaman optimistis kami bisa bayar. Kalau harus ada utang lagi ya itu salah satu opsi. Kalau memang kita susah, tapi saya optimistis bisa bayar, dan pemegang pinjaman juga optimistis,” ujarnya.

Dia juga menegaskan bahwa perseroan miliki posisi kas yang kuat, tercermin dari posisi kas saat ini yang mencapai Rp42 triliun. Dengan produktivitas ke depan, dia menyatakan tidak perlu ada kekhawatiran terkait penerbitan utang ini.

Namun, Nasir terus mencecar Orias dengan pertanyaan serupa. Orias bahkan tertangkap kamera hanya mampu menggelengkan kepala menanggapi pertanyaan dari Nasir.

Nasir  masih mempersoalkan strategi penarikan utang untuk menutup utang lain. Hingga akhirnya, Ketua Komisi VII DPR RI memutuskan untuk memberi kesempatan kepada anggota legislator lain untuk berpendapat.

Usai sejumlah anggota Komisi VII DPR RI menyampaikan pendapatnya, M. Nasir kembali angkat suara. Dia kembali mempermasalahkan utang MIND ID dan ketidaksiapan para direksi untuk menghadiri rapat itu.

“Anda tidak main-main di sini, saya tidak main-main di sini, Anda rapat harus lengkap bahannya. Enak betul anda di sini, percuma anda ditaruh di sini, kurang ajar Anda!” kata Nasir.

Dia juga menyatakan bahwa apabila tidak senang dengan jalannya rapat tersebut, dia mempersilakan Orias untuk keluar. Orias pun langsung menyambar ucapan M. Nasir dengan menyatakan dia siap keluar jika diminta.

“Apabila diminta keluar saya akan keluar. Saya diundang maka saya datang,” ujar Orias.

Mendengar pernyataan Orias, saudara kandung terpidana kasus korupsi Muhammad Nazaruddin kembali melontarkan komentar pedas. Dia bahkan bersumpah tidak perlu lagi Orias diundang RDP dengan Komisi VII DPR RI.

“Anda pikir negara ini utang, siapa yang bayar? Kalau ada orang begini lagi, tidak usah ikut rapat. Kalau ada orang begini tidak usah lagi rapat di Komisi VII,” katanya.

Sementara itu, M. Nasir terus menyampaikan sumpah serapah. Bahkan dia menyatakan akan meminta Menteri BUMN Erick Thohir untuk mengganti Orias dari jabatannya di MIND ID.

“Saya akan minta surati Pak Erick Thohir, selagi masih ada saya di sini, tidak akan saya benarkan dia [Orias] rapat di sini,” ujarnya.

ERICK THOHIR MEMBELA

Menteri BUMN Erick Thohir saat itu membela Orias. Erick optimistis Orias mampu memperkuat bisnis perusahaan pertambangan pelat merah setelah serangkaian proses akuisisi terhadap perusahaan asing.

Erick Thohir mengatakan dia menantang Orias untuk tidak hanya berpuas diri setelah proses akuisisi terhadap PT Freeport Indonesia dan PT Vale Indonesia Tbk. selesai. Menurutnya, akuisisi harus diikuti dengan tiga strategi utama.

“Inilah kemarin, Pak Orias yang lagi populer di berita itu, Salah satunya saya bilang ke Pak Orias, kita ambil Freeport bukan hanya merah putih kita punya 51 persen, justru dengan kita dapat Freeport, kita ada yang namanya tiga hal yang bisa dilakukan,” jelasnya, Kamis (2/7/2020) malam.

Dia menyatakan hal pertama yang harus dilakukan oleh MIND ID atau Holding BUMN Tambang adalah melakukan benchmarking terhadap Freeport. Hal ini meliputi struktur biaya hingga sumber daya manusia.

Kedua, dia juga meminta Orias untuk melakukan benchmarking dari sisi teknologi. Ketiga, dia mengharapkan Orias dapat memimpin MIND ID untuk melakukan benchmarking dari sisi pasar.

“Saya percaya pada Dirut Inalum [Orias Petrus Moedak] yang sekarang, apalagi sudah punya Freeport dan Vale, supaya mereka bisa benchmarking selain cut cost juga,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper