Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Efek Indonesia optimistis bisa meningkatkan pendapatan serta laba bersih pada 2022.
Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa menyepakati rencana kerja dan anggaran tahunan (RKAT) 2022 Bursa Efek Indonesia. Dalam RKAT tersebut disebutkan bahwa proyeksi total pendapatan usaha yang akan diperoleh BEI naik Rp158,8 miliar atau 11,4 persen menjadi Rp1,55 triliun.
Selain itu, biaya usaha BEI diproyeksikan naik Rp122,6 miliar atau 11,85 persen menjadi Rp1,16 triliun. Adapun laba sebelum pajak berpotensi naik menjadi Rp496,64 miliar dan setelah dikurangi estimasi beban pajak sebesar Rp107,07 miliar. Maka perolehan laba bersih BEI pada 2022 adalah sebesar Rp389,56 miliar.
Begitu juga dengan total aset BEI diproyeksikan sebesar Rp4,24 triliun atau naik 10,29 persen dari Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan (RKAT) 2021 yang telah direvisi.
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Inarno Djajadi mengatakan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih utamanya ditopang oleh target kenaikan rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) sebesar Rp13,5 triliun pada tahun depan.
Jumlah itu naik dibandingkan dengan nilai RNTH sebesar Rp12 triliun pada tahun ini. “Dari pasar secondary memberikan kontribusi pendapatan sebesar 75 persen secara total. Pendapatan dan laba kami akan meningkat 2022 dibandingkan dengan 2021,” katanya Rabu (27/10/2021).
Baca Juga
Inarno menambahkan peningkatan RNTH disusun setelah melakukan diskusi dengan para anggota bursa, manajer investasi dan seluruh pihak terkait. Inarno mengatakan target RNTH 2022 sempat di bawah level tersebut. Akan tetapi karena pada 2021 terjadi beberapa penyesuaian target dari Rp9 triliun menjadi Rp12 triliun.
“Kami tidak terlalu optimistis, tetapi tidak pesimis juga, kami moderat saja. Tahun depan pandemi sepertinya akan semakin menurun dan ekonomi mulai pulih,” katanya.
TARGET EFEK BARU
Selain itu, untuk target pencatatan efek baru di tahun 2022 adalah 68 efek yang terdiri dari pencatatan saham, obligasi korporasi baru, dan pencatatan efek lainnya meliputi exchange traded fund (ETF), dana investasi real estate (DIRE), serta efek beragun aset (EBA).
Sebagai upaya untuk mencapai target pencatatan efek baru tersebut, maka akan dilakukan berbagai rangkaian kegiatan kepada perusahaan tercatat dan calon perusahaan tercatat, meliputi peningkatan kapasitas infrastruktur di area pencatatan perusahaan, serta melakukan sosialisasi, one-on-one meeting, dan workshop yang saat ini telah rutin dilakukan secara virtual melalui media daring.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan bursa tidak memiliki target penggalangan dana terkait pencatatan efek baru. Menurutnya BEI akan mendukung segala upaya pencatatan instrumen tanpa membeda-bedakan.
Selain itu, Nyoman menambahkan bursa sedang mendorong agar pemerintah daerah bisa menerbitkan obligasi di pasar modal. Dana itu dapat digunakan untuk membangun infrastruktur bagi pelayanan public.
Menurutnya Bursa telah melakukan pertemuan dengan beberapa pemda seperti DKI Jakarta, Medan, Jawa Barat dan Jawa Tengah. “Kami dukung mereka untuk bisa melakukan penerbitan. Bukan hanya melalui pendampingan dan konsultasi tapi juga diskon komisi penerbitan hingga 50 persen,” pungkasnya.