Bisnis.com, JAKARTA – PT Surya Esa Perkasa Tbk. menghentikan salah satu pabrik yang memproduksi ammonia selama sebulan.
Sekretaris Perusahaan Surya Essa Perkasa Erfine Kumala Furi mengabarkan bila perseroan menghentikan operasi salah satu anak usaha. Sejak 11 Oktober 2021, manajemen entitas anak perseroan yaitu PT Panca Amara Utama (PAU) berinisiatif untuk melakukan Turnaround Maintenance pertama sejak pabrik berjalan.
“Turnaround Maintenance tersebut merupakan kegiatan sangat penting bagi keberlangsungan pabrik dan dilakukan saat pabrik berada dalam keadaan shutdown, termasuk pergantian dan pemeliharaan korektif peralatan dan katalis, yang akan berlangsung selama satu bulan,” katanya dalam keterangan resmi Kamis (21/10/2021).
Erfine menambahkan saat ini .anajemen PAU terfokus pada turnaround maintenance secara aman, efisien dan tepat waktu. Selain itu, emiten berkode saham ESSA tersebut mengakui bila penutupan pabrik sementara tersebut memiliki dampak terhadap kegiatan operasional.
“Namun tidak memiliki dampak hukum, kondisi keuangan, ataupun kelangsungan usaha perusahaan,” tegasnya.
Sebelumnya, ESSA tahun ini akan memacu kinerja dan produksi amonia di tengah tren kenaikan harga dan prospek permintaan global.
Baca Juga
Vinod Laroya, Presiden Direktur dan Chief Executive Officer Surya Esa Perkasa, mengatakan harga amonia cenderung menguat sejak Januari 2021. Hal itu terdorong oleh hambatan pasokan dan sinyal awal pemulihan permintaan.
“Ke depan, ESSA akan terus meningkatkan kinerjanya seiring dengan pemulihan harga dan permintaan di pasar global,” ujar Vinod.
Menurut Vinod, pertumbuhan permintaan amonia bakal semakin pesat. Alasannya, perkiraan permintaan amonia saat ini belum mempertimbangkan perannya sebagai bahan bakar masa depan.
Oleh karena itu, ESSA mengembangkan amonia biru pada fasilitas produksi perseroan sebagai alternatif energi rendah-karbon. Inisiatif itu dijalankan oleh anak usaha ESSA, PT Panca Amara Utama (PAU).
Pada 18 Maret 2021, PAU menandatangani MoU tentang Pengumpulan, Pemanfaatan dan Penyimpanan Karbon bersama dengan Japan Oil, Gas and Metals National Corporation, Mitsubishi Corporation, dan Institut Teknologi Bandung (ITB). MoU itu untuk mengembangkan produksi Amonia Biru di Indonesia.
Per September 2021, susunan pemegang saham ESSA ialah PT Trinugraha Akraya Sejahtera 21,1 persen, Chander Vinod Laroya 13,02 persen, PT Ramaduta Teltaka 11,97 persen, Patrick Walujo 5,38 persen, masyarakat di bawah 5 persen sejumlah 46,53 persen.
Selain itu, ada sejumlah nama beken yang memegang saham ESSA, yakni T. P. Rachmat 4,05 persen dan Garibaldi 'Boy' Thohir 3,6 persen.