Bisnis.com, JAKARTA – Saham emiten teknologi berstatus unikorn yang pertama kali melantai di pasar Bursa Efek Indonesia, PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) dinilai belum memiliki kinerja yang baik.
Secara keseluruhan, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djajadi menilai pergerakan harga saham Bukalapak belakangan ini kurang bagus.
"Bukalapak ada unikorn pertama di bursa efek Indonesia dan yang pertama mencatatkan di pasar saham terbesar di ASEAN walaupun saya lihat kinerjanya akhir-akhir ini kurang, bagus" ucapnya dalam paparan virtual seperti dikutip Kamis (14/10/2021).
Meski begitu, kedepannya Inarno berharap kinerja saham BUKA dapat bergerak naik. "Mudah-mudahan kedepannya [saham BUKA] akan lebih baik lagi," pungkasnya.
Sementara itu, pada akhir sesi I Kamis (14/10/2021), saham berkode saham BUKA ini parkir di level Rp730. Harga tersebut naik 35 poin atau 5,04 persen.
Sepanjang sesi BUKA bergerak dalam kisaran Rp695–Rp750. Total volume saham yang ditransaksikan sebanyak 304,18 juta saham dengan nilai transaksi sebesar Rp219,81 miliar.
Baca Juga
Padahal kemarin saham BUKA sempat ambrol ke batas auto rejection bawah (ARB) di level Rp685 per saham pada perdagangan Selasa (12/10/2021).
Namun sahamnya kembali memantul jelang penutupan perdagangan Rabu (13/10/2021) dan menutup perdagangan di posisi Rp695 per saham.
Sejak IPO pada Agustus lalu, Bukalapak telah terkoreksi sebesar Rp13,52 persen. Analis Sucor Sekuritas Paulus Jimmy mengatakan saham BUKA sedang mengalami tekanan.
“Iya memang sudah mulai ada tekanan. Memang beberapa hari terakhir market lagi rotasi ke saham-saham blue chip,” katanya kepada Bisnis pada Selasa (12/11/2021).
Jimmy menambahkan selain Bukalapak, saham-saham bank digital juga mengalami tekanan serupa. Meski demikian, dirinya masih optimistis saham perseroan bisa mengalami rebound.