Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Melonjak, Bursa AS Kompak Melemah

Wall Street terkoreksi karena investor mempertimbangkan pemulihan ekonomi di masa pandemi dan lonjakan imbal hasil obligasi.
Seorang pelaku pasar tengah memantau pergerakan harga saham di bursa New York Stock Exchange (NYSE), New York, Amerika Serikat./Bloomberg
Seorang pelaku pasar tengah memantau pergerakan harga saham di bursa New York Stock Exchange (NYSE), New York, Amerika Serikat./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Bursa saham AS jatuh pada hari Senin, karena harga komoditas yang lebih tinggi dan imbal hasil obligasi membebani saham.

Mengutip barrons.com, Dow Jones Industrial Average turun 0,7 persen, S&P 500 turun 0,7 persen, dan Nasdaq Composite turun 0,6%. Ketiga indeks telah goyah antara keuntungan dan kerugian sepanjang hari, karena para pedagang menimbang sejauh mana reli komoditas terhadap berita positif Covid.

Secara keseluruhan, "pergerakan yang lebih tinggi dalam suku bunga global dan harga komoditas terus menjadi titik fokus," tulis Michael Reinking, ahli strategi pasar senior di New York Stock Exchange.

Ketidakpastian pasar juga menyebabkan Indeks Volatilitas CBOE (VIX), yang mengukur volatilitas yang diharapkan, naik lebih dari 4 persen.

“Pasar mungkin mencari kepastian ke arah mana harus bergerak,” tulis Chris Larkin, direktur pelaksana perdagangan di ETrade.

Minyak mentah WTI naik 1,4 persen menjadi lebih dari US$80 per barel, tertinggi multi-tahun. Minyak mentah Brent, patokan internasional lainnya, turun 0,1 persen menjadi di bawah US$84 per barel. Kedua tolok ukur minyak telah naik sebanyak 3 persen pada hari sebelumnya.

Gas minyak yang lebih tinggi dan harga komoditas lainnya bisa mahal bagi beberapa perusahaan, tetapi juga bisa mengurangi permintaan konsumen. Sementara itu, mereka dapat mendorong Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga lebih awal dari yang diantisipasi untuk menghentikan inflasi.

Louis Navellier, pendiri Navellier & Associates menyampaikan harga komoditas yang lebih tinggi mungkin memaksa bank sentral bergerak lebih cepat untuk mengurangi pelonggaran kuantitatif dan mempertimbangkan untuk menaikkan suku bunga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper