Bisnis.com, JAKARTA - Kemajuan teknologi tak dapat dipungkiri pada akhirnya masuk ke industri pasar modal. Teranyar, otoritas bursa tengah menggodok aturan terkait dengan penggunaan robot trading di dalam aplikasi dan platform investasi yang disediakan perusahaan efek.
Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Laksono Widodo mengatakan saat ini bursa telah memperbolehkan perusahaan sekuritas Anggota Bursa (AB) untuk menggunakan fitur automated ordering (pesanan otomatis). Fitur otomatisasi tersebut termasuk DMA atau Direct Market Access dan/atau algoritma trading yang lebih dikenal sebagai robot trading.
“Namun hal ini dilakukan dengan terlebih dahulu menyampaikan rencana pola penyampaian order secara elektronik yang akan digunakan kepada bursa dan baru dapat digunakan setelah mendapat persetujuan bursa,” jelas Laksono, Senin (11/10/2021).
Kemudian, bursa akan mengevaluasi penyampaian order pada fitur automated ordering tersebut dalam rangka memitigasi praktik manipulasi pasar.
Laksono mengungkapkan saat ini bursa sedang menyempurnakan aturan terkait dengan penggunaan robot trading ini dalam peraturan III-K tentang fasilitas pesanan langsung dan/atau penerapan automated ordering oleh Anggota Bursa.
Aturan anyar tersebut nantinya akan dilengkapi dengan panduan teknis terkait dengan penggunaan robot trading di pasar saham.
Baca Juga
Laksono memaparkan pengaturan dalam panduan tersebut mencakup mekanisme penyampaian order dan ketentuan bahwa order tersebut tidak boleh memanipulasi pasar.
Selanjutnya juga diatur mengenai pelaksanaan manajemen risiko AB termasuk tanggung jawab dan kewajiban bagi broker untuk melakukan monitoring terhadap order yang bersifat otomatis;
“Serta kewajiban AB memiliki PIC (penanggung jawab) yang melakukan monitoring tersebut,” tutup Laksono.
Salah satu perusahaan efek Anggota Bursa PT Indo Premier Sekuritas menjelaskan penggunaan robot dalam transaksi saham khususnya melalui aplikasi milik perseroan yaitu IPOT berbeda dengan sistem robot trading yang dikenal dalam jual-beli valuta asing (forex).
Head of Marketing & Retail PT Indo Premier Sekuritas Paramita Sari mengatakan aplikasi IPOT milik perseroan telah menggunakan Auto Trading Machine (ATM) yang telah dikembangkan sejak 2012.
“Sistem robo trading ATM kami membantu mengeksekusi saja. Semua keputusan dan instruksi dari investor yang menentukan,” jelas Paramita kepada Bisnis, Senin (11/10/2021).
Dalam menggunakan robot trading IPOT untuk transaksi, nasabah harus memilih sendiri saham yang akan dijual-dibeli pada harga yang telah ditentukan sebelumnya juga oleh nasabah. Otomatis di sini dimaksudkan agar nasabah tidak kehilangan momen untuk mentransaksikan sahamnya.
Berbeda dengan Forex
Dengan demikian, robot trading yang digunakan IPOT jauh berbeda dengan robot trading perangkat lunak (software) untuk melakukan investasi perdagangan berjangka komoditas valuta asing.
Dalam robot trading forex tersebut, investor tidak perlu melakukan analisa teknikal, fundamental, dan tidak ada teknik yang harus dipelajari.
Singkatnya, investor menyerahkan seluruh keputusan investasi kepada si robot dengan harapan akan mendulang cuan di masa depan. Hal ini pun menjadi berisiko karena keputusan investasi tidak berasal dari investor melainkan dari robot.
Senada dengan Paramita, Head of Market Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengimbuhkan sistem robot trading juga digunakan oleh marketplace reksa dana namun tetap memposisikan investor untuk mengambil keputusan final.
Robot di marketplace reksa dana tersebut akan mengukur tingkat profil risiko nasabah terlebih dahulu dengan mengajukan sejumlah pertanyaan sebelum menawarkan jenis produk reksa dana tertentu.
“[Robot trading] di reksa dana ini perkembangan baik karena membantu investor memilih produk dari ribuan produk reksa dana,” kata Wawan kepada Bisnis, Senin (11/10/2021).
Direktur Panin Asset Management Rudiyanto mengimbuhkan robot dalam dunia pasar modal menjadi salah satu alat bantu. Alat bantu sendiri beragam jenisnya, mulai dari info dari perusahaan sekuritas maupun manajer investasi terkait outlook pasar, info dan diskusi dengan tenaga pemasar, info dari influencer maupun pom-pom saham.
“Sekarang ditambah satu lagi yaitu robot. Seharusnya, yang mengambil keputusan tetap adalah investornya. Semua informasi bersifat alat bantu saja,” kata Rudiyanto ketika dihubungi.
Tongam L Tobing, Ketua Satgas Waspada Investasi Otoritas Jasa Keuangan, mengingatkan agar investor tidak terlalu fokus dengan robot trading karena teknologi tersebut hanya alat untuk melakukan perdagangan.
“Bisa untung dan juga bisa rugi. Tidak akan ada keuntungan yang fix dalam trading,” ujar Tongam.
Dia menegaskan investor yang ingin menggunakan robot trading sebaiknya sudah memahami mekanisme trading sehingga lebih mengetahui risiko
Masyarakat yang ingin menggunakan robot trading hendaknya adalah orang yg sdh memahami mekanisme trading, sehingga mengetahui risikonya ketika memutuskan investasinya.
“Beberapa hal yang perlu diketahui adalah bahwa keputusan investasi untuk jual atau beli harus berasal dari investor, bukan pihak lain,” tutur Tongam