Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ditutup Menguat, Rupiah Bakal Jadi Mata Uang Berkinerja Terbaik di Asia

Mata uang Garuda bisa menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di Asia hingga sisa tahun ini.
Karyawati menghitung uang rupiah dan dollar AS di salah satu bank di Jakarta, Kamis (10/9/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati menghitung uang rupiah dan dollar AS di salah satu bank di Jakarta, Kamis (10/9/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah ditutup naik di hadapan dolar AS pada awal pekan, Senin (11/10/2021).

Berdasarkan data Bloomberg pukul 15.08 WIB, rupiah tercatat naik 15 poin atau 0,11 persen ke Rp14.208 per dolar AS. Sementara indeks dolar AS naik 0,06 persen ke level 92,124.

Menurut laporan Bloomberg, mata uang Garuda bisa menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di Asia hingga sisa tahun ini. Kinerja baik ini didorong oleh harga komoditas yang mendorong surplus perdagangan negara.

Pelaku ekspor batu bara dan minyak sawit diuntungkan dari krisis energi global yang telah mengguncang banyak negara lain, yang merupakan importir komoditas bersih.

"Rupiah naik 1,3 persen pada kuartal III/2021, bahkan ketika rival Asia melemah dengan meningkatnya imbal hasil treasury," tulis Bloomberg, Senin (11/10/2021).

Dengan cadangan devisa negara yang mencetak rekor tertinggi, Bank Indonesia memiliki banyak amunisi untuk mendukung mata uang jika imbal hasil AS meningkat lebih lanjut dalam beberapa bulan mendatang.

"Kami terus bersandar secara positif pada rupiah dan mengharapkannya untuk tetap menjadi salah satu mata uang yang berkinerja terbaik di seluruh pasar berkembang Asia berdasarkan total pengembalian pada kuartal IV-2021," kata Divya Devesh, Kepala Penelitian FX ASEAN dan Asia Selatan di Standard Chartered Bank, Singapura.

Dia mencatat, Indonesia berada dalam posisi yang lebih baik daripada sebelum taper tantrum 2013, dengan surplus perdagangan transaksi berjalan gabungan sebesar US$13 miliar dalam empat kuartal terakhir, dibandingkan dengan defisit US$12 miliar delapan tahun lalu.

Meski demikian, rupiah belum mampu menembus resistance teknis di 14.200 terhadap dolar bulan lalu. Kenaikan imbal hasil treasury yang terus meningkat, juga akan membebani daya tarik rupiah.

Akan tetapi, banyak mata uang regional yang menghadapi tantangan lebih besar. Baht Thailand misalnya, terseret ekonomi Thailand yang melambat, disertai dengan transaksi berjalan yang meningkat.

Sementara bank sentral Filipina mengisyaratkan peso dapat melemah lebih banyak pada kuartal ini.

Mata uang ringgit Malaysia menjadi satu-satunya mata uang di regional yang bisa mengalahkan peningkatan rupiah. Tingkat vaksinasi yang tinggi, memungkinkan pemerintah Malaysia mengurangi pembatasan dan melonjaknya harga minyak mendorong pertumbuhan Malaysia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Annisa Saumi
Editor : Farid Firdaus
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper