Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Ditutup Stagnan, Pasar Apresiasi Kebijakan Pajak Orang Kaya

Pemerintah optimistis kenaikan penerimaan pajak dari kelompok orang kaya, tarif PPh baru bagi OP dengan penghasilan di atas Rp5 miliar sebesar 35 persen dapat meningkatkan penerimaan negara.
Miliarder Indonesia Michael Bambang Hartono, salah satu pemilik Djarum Group, berfoto setelah wawancara di Jakarta, Indonesia, pada 21 Agustus 2018. Hartono, salah satu orang terkaya di Indonesia, yang pundi-pundi kekayaannya berasal dari tembakau, perbankan, dan telekomunikasi, adalah seorang taipan dan juga pemain bridge profesional berusia 78 tahun. Bloomberg/Dimas Ardian
Miliarder Indonesia Michael Bambang Hartono, salah satu pemilik Djarum Group, berfoto setelah wawancara di Jakarta, Indonesia, pada 21 Agustus 2018. Hartono, salah satu orang terkaya di Indonesia, yang pundi-pundi kekayaannya berasal dari tembakau, perbankan, dan telekomunikasi, adalah seorang taipan dan juga pemain bridge profesional berusia 78 tahun. Bloomberg/Dimas Ardian

Bisnis.com, JAKARTA - Rupiah ditutup stagnan cenderung melemah tipis pada perdagangan hari ini.

Berdasarkan data Bloomberg pada Rabu (6/10/2021), rupiah melandai 0,00 persen menjadi Rp14.252 per dolar AS.

Sementara itu, yuan China menguat 0,40 persen, yen Jepang melemah 0,10 persen, dan dolar Singapura melemah 0,32 persen.

Pada saat bersamaan, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback terhadap sekeranjang mata uang utama dunia menguat 0,36 persen menjadi 94.310.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menjelaskan pelaku pasar mengapresiasi langkah pemerintah untuk mengenakan Pajak Penghasilan (PPh) sebesar 35 persen terhadap Orang Pribadi (OP) yang berpenghasilan di atas Rp5 miliar setahun.

“Pemerintah optimistis akan ada kenaikan penerimaan pajak dari kelompok orang kaya, tarif PPh baru bagi OP dengan penghasilan di atas Rp5 miliar sebesar 35 persen dapat meningkatkan penerimaan negara,” tulis Ibrahim dalam riset harian, Rabu (6/10/2021).

Adapun, Ibrahim menambahkan walaupun jumlah OP dengan kriteria tersebut tidak terlalu banyak namun tetap berpotensi mengangkat penerimaan pajak negara hingga belasan triliun rupiah.

Langkah pemerintah itu disebut telah sesuai dengan rekomendasi dari Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia untuk mendorong kontribusi orang kaya dalam porsi fiskal pasca pandemi.

Sementara itu, dari eksternal penguatan dolar AS terjadi di tengah penantian keputusan kebijakan moneter Selandia Baru dan rilis data upah non-farm payroll di AS pada akhir pekan ini. Ibrahim menunjukkan saat ini investor beralih ke dolar sebagai safe haven merespons pengurangan stimulus dari Bank Sentral AS yang sudah dimulai.

Untuk perdagangan besok, Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif dengan potensi menguat pada rentang Rp14.240 - Rp14.270.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper