Bisnis.com, JAKARTA - Emiten kesehatan berpotensi kehilangan pendapatan seiring melandainya kasus baru Covid-19. Kendati demikian, kunjungan pasien non Covid-19 pun terus menunjukkan pemulihan.
Mengutip data KawalCovid-19, per Rabu (6/10/2021), tersisa 28.381 orang pasien Covid-19 yang berada dalam perawatan. Jumlah tersebut jauh lebih rendah dari kondisi rekor penambahan kasus baru Covid-19 yang bertambah sebanyak 54.517 orang dalam kurun waktu 24 jam pada Jumat (14/7/2021).
Dengan perkembangan vaksinasi Covid-19 dosis pertama telah mencapai 45,99 persen sebanyak 95,78 juta orang dari target vaksinasi 208,26 juta penduduk.
Pengamat Pasar Modal Asosiasi Analis Efek Indonesia Reza Priyambada menilai dampak penyebaran Covid-19 yang begitu cepat membuat banyak orang yang terinfeksi harus dirawat di RS.
Baik itu menggunakan layanan asuransi maupun BPJS Kesehatan. Tingginya permintaan akan tempat tidur membuat RS sempat kewalahan meski di sisi lain, Bed Occupancy Rate (BOR) mengalami kenaikan yang tinggi.
"Pasca berkurangnya jumlah orang sakit Covid-19, tentunya dimungkinkan terjadi penurunan BOR sehingga secara nilai pendapatan kemungkinan bisa saja turun. Namun, bukan berarti kosong sama sekali karena ada pasien rawat inap lain yang masih bertahan," katanya kepada Bisnis., Rabu (6/10/2021).
Baca Juga
Senada, Analis RHB Sekuritas Vanessa Karmajaya mengungkapkan perubahan rekomendasinya terhadap sektor kesehatan terutama emiten rumah sakit menjadi netral setelah terjadinya penurunan pasien Covid-19.
"Untuk sektor ini overall rekomendasi kami neutral ya karena untuk dari angka Covid-19 yang rendah terutama di kuartal IV/2021 memberikan tekanan ke profitabilitas. Tantangannya ya bagaimana menjaga margin di tengah pasien Covid-19 yang terus turun," paparnya kepada Bisnis.
Walaupun demikian, RHB Sekuritas melihat sektor turunan kesehatan seperti farmasi masih dapat bertahan kinerjanya walaupun tidak sekuat kuartal II/2021 ketika Covid-19 sedang tinggi.
Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Joshua Michael menjelaskan seiring dengan penurunan kasus positif yang signifikan, angka positif dari tes PCR di Jakarta juga menurun dari 20,1 persen pada 31 Juli menjadi 18,5 persen pada 31 Agustus 2021.
Perpanjangan PPKM Level 3-4 terbukti efektif memperlambat pandemi. Kecuali varian baru yang menjadi perhatian muncul di masa depan, kasus positif harus dapat dijaga tetap rendah sepanjang sisa tahun ini, di belakang tingkat vaksinasi yang kuat.
"Saat ini kami mempertahankan perkiraan kami untuk kasus positif Covid-19 di Jakarta pada tahun 2021 di 850.000, yang menyiratkan tingkat positif 18 persen," katanya dalam riset.
Seiring dengan tren penurunan kasus positif dan pasien yang berobat, tingkat hunian harus mampu tetap rendah sepanjang sisa tahun ini.
Namun, menurut rumah sakit, tempat tidur Covid-19 dapat dengan mudah dipertukarkan dengan non Covid-19, oleh karena itu seharusnya tidak membuat penurunan tingkat hunian secara tiba-tiba dan signifikan.
"Oleh karena itu, ini harus diterjemahkan ke dalam hasil kuartal III/2021 yang layak untuk MIKA dan HEAL," paparnya.
Mirae Sekuritas memberikan peringkat overweight di sektor pelayanan kesehatan ini. Saat ini, Mirae memiliki rekomendasi Beli pada MIKA dengan target harga 2.900 dan HEAL dengan target harga 1.700.
Adapun, RHB Sekuritas juga memberikan rekomendasi beli atau buy untuk kedua emiten tersebut ditambah satu emiten farmasi. HEAL rekomendasi beli dengan target harga 1.650, MIKA juga beli dengan target harga 3.600 dan KLBF beli dengan target harga 1.680.
Senada, Reza Priyambada juga memberikan rekomendasi beli kepada seluruh emiten rumah sakit dengan target harga masing-masing. SRAJ di 355-360, HEAL di 1.290-1.310, SILO di posisi 10.250-10.350, SAME di 520-550, dan PRIM di 372-374.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.