Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Naik Terus, Harga CPO Diperkirakan Tetap Tinggi hingga Akhir 2022

Kenaikan harga CPO bakal terus berlanjut setidaknya hingga kuartal I/2022 sebelum akhirnya stabil di kisaran 3.500 hingga 3.800 ringgit hingga akhir tahun.
Kebun Sawit. /Sinar Mas Agribusiness
Kebun Sawit. /Sinar Mas Agribusiness

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) diperkirakan akan mencapai kisaran 3.500 ringgit – 3.800 ringgit per ton pada 2022.

Menurut Direktur Riset UOB Kay Hian Securities Asean Leow Huey Chuen, kenaikan harga CPO bakal terus berlanjut setidaknya hingga kuartal I/2022.

“Untuk perkiraan setahun penuh 2022, kami memperkirakan harganya akan berkisar di 3.500 ringgit per ton dan 3,800 per ton,” ujarnya, dilansit The Star, Selasa (5/10/2021).

Dia menegaskan bahwa masih ada tantangan di industri CPO, termasuk kemungkinan kenaikan biaya-biaya dari potensi kenaikan pajak pekerja asing dan upah minimum serta kenaikan harga pupuk dan biaya kepatuhan.

Analis CGS-CIMB Securities Malaysia Ivy Ng mengatakan untuk 2021 diperkirakan hara CPO akan bergerak rata-rata di posisi 3.700 ringgit per ton dan bergerak turun lagi ke kisaran 2.900 ringgit per ton pada 2023.

“Atau bisa lebih rendah lagi ke 2.800 ringgit per ton,” ungkapnya.

Terkait produksi CPO di Malaysia, Leow menegaskan bahwa ada kemungkinan produksi di Sarawak bisa melampaui produksi di Sabah dan menggantikan posisinya sebagai wilayah produsen CPO terbesar di Malaysia.

“Di Sarawak, area yang ditanami sawit sudah melampaui Sabah pada 2017, dan produksi di Sarawak masih bertumbuh karena tanamannya masih muda. Sementara produksi di Sabah sudah menapai puncaknya pada 2014 dengan jumlah sampai 6 juta ton,” terangnya.

Leow menyebutkan, pada 2020, Malaysia Timur sendiri sudah menyumbang 53 persen lahan sawit di seluruh Malaysia dan menyumbang 45 persen dari total pasokan CPO di Malaysia.

Selain itu, Berdasarkan keterangan Malaysian Palm Oil Council (MPOC) impor CPO ke China juga diperkirakan naik pada 2022 karena adanya kemungkinan perlambatan pertumbuhan produksi minyak kedelai.

“Melihat kebijakan terkini dari Pemerintah China, ada kemungkinan besar perlambatan pada produksi minyak kedelai. Dari tahun ini dan seterusya, pertumbuhan pasokan minyak kedelai di China kemungkinan tidak akan bisa memenuhi permintaan yang ada, sehingga membuka jalan lebih besar untuk impor minyak sawit,” ujar Manager Regional MPOC Desmond Ng.

Pada perdagangan Selasa, pukul 10.45 WIB, berdasarkan data Bloomberg, harga CPO di Bursa Malaysia Derivative sudah menembus 4.838 ringgit per ton, naik 87 poin atau 1,83 persen dari harga 4.751 ringgit per ton pada saat pembukaan perdagangan. 

--

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper