Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas melonjak hampir dua persen pada akhir perdagangan Kamis (30/9/2021), setelah dolar jatuh karena data tenaga kerja mingguan AS melandai.
Namun, ekspektasi Federal Reserve akan segera mulai mengurangi dukungan ekonominya membuat emas mencatat penurunan sepanjang bulan September dan kuartal III/2021.
Dilansir Antara, kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di Divisi Comex New York Exchange, melambung US$34,1 atau 1,98 persen dan ditutup di US$1.757 per troy ounce. Emas anjlok sekitar 3,4 persen selama September dan turun 0,8 persen pada kuartal ketiga.
Sehari sebelumnya, Rabu (29/9), emas berjangka merosot US$14,6 atau 0,84 persen ke US$.722,90 per troy ounce.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa jumlah warga AS yang mengajukan klaim baru tunjangan pengangguran mencapai 362.000 dalam pekan yang berakhir 25 September, meningkat 11.000 dari minggu sebelumnya sehingga memicu kekhawatiran pasar tenaga kerja melemah.
"Ini juga menyebabkan ketidakpastian tentang tapering Fed, karena mereka ingin pasar kerja yang kuat untuk mengumumkan tapering," kata konsultan independen Robin Bhar, Kamis (30/9/2021).
Baca Juga
Emas juga "berjalan ke beberapa pembelian fisik baru, dengan beberapa investor mencari lindung nilai terhadap ketidakpastian ekonomi, kenaikan inflasi," kata Bhar.
Tetapi meningkatnya prospek tapering The Fed yang diperkirakan akan dimulai pada November, dan peluang imbal hasil obligasi pemerintah terus meningkat, akan menambah lebih banyak tekanan pada emas, kata Han Tan, kepala analis pasar di Exinity.
Pengurangan stimulus bank sentral dan kenaikan suku bunga cenderung mendorong imbal hasil obligasi pemerintah lebih tinggi, meningkatkan peluang kerugian memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.