Bisnis.com, JAKARTA — Harga minyak mentah sempat memanas menyentuh US$80 per barel, sebelum kembali normal di kisaran US$74 cukup membawa keuntungan bagi emiten terkait. Namun, masih banyak tantangan yang akan dihadapi.
Pada perdagangan Kamis (30/9/2021) pukul 13.00 WIB, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) mengalami penurunan tipis 0,09 poin atau 0,12 persen ke US$74,74 per barel. Meski turun, jika dilihat secara tahunan harganya sudah naik 90,61 persen.
Kemudian, harga minyak di pasar Brent tercatat turun 0,24 poin atau 0,31 persen ke US$78,40 serta mencatatkan kenaikan harga sampai 90,23 persen dalam satu tahun
Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Juan Harahap menyebutkan, ke depan kepercayaan produsen minyak OPEC+ kemungkinan besar akan tetap pada langkah yang sama saat ini yaitu untuk secara bertahap mengurangi pemotongan produksi.
"Karena mereka berusaha untuk menyeimbangkan ekspektasi pemulihan di sisi permintaan. Dengan demikian, kami mengharapkan output yang lebih tinggi dari OPEC+ untuk sisa tahun ini," tulisnya dalam riset, dikutip Kamis (30/9/2021)
Mirae Asset memperkirakan output global siap untuk meningkat lebih lanjut pada semester II/2021 setelah OPEC+ menyetujui kesepakatan baru untuk melepaskan pemotongan yang tersisa.
Baca Juga
"Dengan demikian, kami memperkirakan produksi minyak mentah global akan meningkat menjadi 97 mbpd atau naik 3,3 persen YoY," tulisnya.
Kemudian, terkait dengan permintaan minyak mentah AS, Mirae Asset mencatat bahwa input kilang minyak AS telah meningkat secara signifikan menjadi 19 mbpd atau naik 2,9 persen per kuartal dan naik 16,1 persen YoY.
Namun, kami mengekspektasikan pertumbuhan permintaan bisa berbalik arah untuk sisa tahun ini karena memburuknya situasi pandemi dan new normal saat ini yang mengurangi mobilitas masyarakat yang berpotensi menekan permintaan, terutama di sektor transportasi.
"Namun demikian, kami memperkirakan permintaan minyak mentah dunia akan membaik tetapi masih di bawah level sebelum pandemi, menjadi 96,5 mbpd atau naik 6,0 persen YoY," imbuhnya.
Sementara itu, menurut BP Statistical Review 2021, Indonesia memiliki cadangan gas terbesar ketiga di Asia Pasifik pada tahun 2020, dengan cadangan gas sebesar 44,2 triliun kaki kubik atau setara dengan 0,7 persen cadangan gas dunia.
Dalam hal ini, Indonesia memiliki umur produksi yang melimpah hingga 19,8 tahun. Mirae Asset melihat masih banyak ruang untuk tumbuh bagi industri gas di Indonesia. Namun, Mirae Asset berpandangan netral di sektor migas Indonesia.