Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah parkir di zona merah usai dihantam penguatan dolar AS setelah tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS naik.
Berdasarkan data Bloomberg pada Kamis (30/9/2021), mata uang Garuda tercatat melemah 20 poin atau 0,14 persen ke Rp14.312,50 per dolar AS. Sebelumnya indeks dolar AS sempat menguat sebelumnya akhirnya turun 0,025 poin atau 0,03 persen ke 94,31.
Mata uang Asia lain terpantau bervariasi dengan yen Jepang yang menguat 0,04 persen, dolar Siangapura naik 0,04 persen, yuan China naik 0,14 persen, ringgit Malaysia turun tipis 0,05 persen, won Korea Selatan melemah 0,17 persen, dan bath Thailand menguat 0,24 persen.
“Menguatnya dolar AS terkerek dari tingginya tingkat imbal hasil obligasi AS,” tulis tim riset Monex Investindo Futures (MIFX) dalam riset harian, Kamis (30/9/2021).
Pergerakan inflasi yang dominan dapat membuat Bank Sentral AS, The Fed bergerak lebih agresif, termasuk 2 kali kenaikan suku bunga pada 2022 mendatang.
Sementara, optimisme tersebut sedikit ditekan oleh pernyataan Gubernur The Fed Jerome Powell yang menyebutkan bahwa komponen penting indikator, yakni tingkat ketenagakerjaan masih jauh dari tingkat maksimum.
Baca Juga
Walaupun demikian, pasar menyerap optimisme yang ada dan membuat nilai dolar AS menguat tajam.
Di samping pelemahan rupiah, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat menguat 124,38 poin atau 2,02 persen ke 6.286 dari pada pembukaan di 6.175. Sebanyak 279 saham mengalami penguatan, 232 saham mengalami pelemahan, dan 145 saham tidak bergerak.