Bisnis.com, JAKARTA – Kurs rupiah terpantau melemah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) pada hari ini, Kamis (23/9/2021).
Data yang diterbitkan Bank Indonesia hari ini menempatkan kurs referensi Jisdor di level Rp14.256 per dolar AS, turun 7 poin atau 0,05 persen dari posisi Rabu (22/9/2021) Rp14.249 per dolar AS.
Selain itu, berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup stagnan berakhir di posisi Rp14.242,50 per dolar AS. Sementara indeks dolar AS terpantau melemah 0,21 persen ke level 93,2660 pada pukul 15.15 WIB.
Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengungkapkan beberapa sentimen domestik maupun global penggerak rupiah pada hari ini yang sempat melemah 25 poin lalu ditutup stagnan.
Di dalam negeri, Ibrahim menyampaikan bahwa pasar merespon positif pernyataan pemerintah melalui Menteri Keuangan Sri Mulyani mengenai defisit Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) hingga Agustus 2021 yang mencapai Rp382,2 triliun.
“Defisit ini dianggap wajar karena bersamaan dengan kondisi ekonomi global yang sedang bermasalah akibat pandemi Covid-19 yang sampai saat ini masih belum ada kejelasan, kapan pandemi ini berakhir,” tulis Ibrahim dalam riset hariannya, Rabu (23/9/2021).
Baca Juga
Di pasar global lanjutnya, dolar AS mencapai level tertinggi dalam sebulan karena Federal Reserve AS berencana untuk memulai pengurangan aset dan menaikkan kenaikan suku bunga jauh lebih cepat daripada rekan-rekan lainnya di pasar negara maju.
Sementara itu, Bank of England dan Norges Bank termasuk di antara bank sentral yang memberikan keputusan kebijakan mereka di hari malam ini, dan diperkirakan akan memberikan kenaikan pertama di antara bank sentral G10.
Lalu di kawasan Asia, China Evergrande Group pada Rabu (22/9/2021), untuk sementara meredakan kekhawatiran tentang kejutan pasar yang akan segera terjadi akibat krisis utangnya. Di mana pengembang properti mencapai kesepakatan untuk menyelesaikan pembayaran bunga obligasi domestik.