Bisnis.com, JAKARTA – Kondisi gagal bayar yang dialami Evergrande diyakini tidak akan berimbas signifikan terhadap pasar modal Indonesia.
Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani mengatakan, dampak gagal bayar Evergrande terhadap pasar modal Indonesia tidak akan signifikan. Pasalnya, pemerintah China diprediksi telah menyiapkan sejumlah langkah untuk mengatasi masalah ini.
“Menurut saya dampaknya tidak akan signifikan, karena pemerintah China juga pasti akan ambil tindakan,” jelasnya saat dihubungi pada Rabu (22/9/2021).
Ia melanjutkan, jumlah gagal bayar Evergrande juga terbilang lebih kecil bila dibandingkan dengan krisis finansial tahun 2008. Hendriko mengatakan, saat ini jumlah gagal bayar Evergrande sebesar US$300 miliar.
Sementara , jumlah gagal bayar pada masa krisis finansial tahun 2008 adalah 2 kali lipatnya, sekitar US$600 miliar.
Ke depannya, Hendriko memprediksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih dapat bertahan di atas level 6.000.
Baca Juga
“Sejauh ini, IHSG masih berada di fase sideways. Potensi bertahan di atas 6.000 masih besar,” pungkasnya.
Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan ketidakpastian global yang terjadi juga terpengaruh kondisi yang terjadi di Tiongkok yaitu gagal bayar Evergrande.
"Memang ada pengaruhnya terhadap pasar modal Indonesia, lebih karena eksternal bukan karena domestik," tegas Perry dalam paparan hasil RDG Bulanan, Selasa (21/9/2021).
Namun sejalan dengan perkembangan ekonomi yang membaik di Indonesia, dia melihat pasar modal akan mencerminkan kondisi fundamental domestik, daripada kondisi pasar global.
Dampak pada portofolio pun tidak masif. BI mencatat aliran modal masuk pada periode 20 Juli 2021 - 17 September 2021, tercatat sebesar US$1,5 miliar.
"Dampaknya pada investasi portofolio tidak nampak," kata Perry. Sementara itu, di pasar SBN dan rupiah, BI meyakini dampaknya tidak banyak.