Bisnis.com, JAKARTA – Memasuki minggu ke empat bulan September 2021, instrumen reksa dana saham masih memimpin pertumbuhan reksa dana meski Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah karena September effect.
Berdasarkan laporan mingguan Infovesta yang dirilis Senin (20/9/2021), September effect merupakan periode yang dianggap sebagai bulan yang tidak terlalu baik untuk bursa saham. Penyebabnya, berkurangnya agenda-agenda penting emiten sehingga mengurangi sentimen positif yang ada di pasar saham contohnya seperti pembagian dividen.
Di Indonesia dalam 10 tahun terakhir, kinerja IHSG pada bulan September mencatatkan kinerja negatif sebanyak 6 kali dari total 10 tahun dengan rata-rata imbal hasil bulan September sebesar minus 1,61 persen.
Kinerja IHSG yang negatif di bulan September juga terjadi pada tahun ini, dimana sepanjang bulan ini kinerja indeks saham turun 0,28 persen.
Kendati demikian, kinerja reksa dana saham konvensional maupun syariah justru mencatatkan pertumbuhan masing-masing sebesar 0,39 persen dan 1,01 persen dan memimpin kinerja instrumen reksa dana.
Pelemahan IHSG sepanjang bulan ini ungkap Infovesta disebabkan oleh penurunan terdalam pada sektor teknologi. Di mana indeks sektor teknologi terpantau melemah hingga 7,97 persen. Namun sektor transportasi dan logistik justru naik 9,07 persen dan sektor energi menguat 4,47 persen.
Baca Juga
“Dengan demikian, produk reksa dana yang memiliki penempatan kecil pada sektor teknologi berhasil mengurangi tekanan di bulan ini,” tulis Infovesta dikutip Senin (20/9/2021).
Di samping itu juga disebutkan bahwa saat ini investor masih menanti perkembangan pandemi serta isu tapering off The Fed sehingga bulan September ini bergerak cukup stagnan di bursa saham Indonesia.
Infovesta pun menyarankan kepada investor yang sedang mempertimbangkan untuk berinvestasi ke reksa dana saham perlu melakukan seleksi produk reksa dana secara menyeluruh terutama terhadap komposisi alokasi portofolio yang dimiliki produk terkait.
“Investor dapat memilih reksa dana dengan komposisi sektor yang masih memiliki prospek baik seperti logistik, kesehatan, perbankan big caps seiring dengan pemulihan ekonomi,” tulis Infovesta.
Infovesta pun menilai bahwa investor asing memiliki kepercayaan cukup tinggi terhadap prospek pasar saham Indonesia karena investor asing tercatat melakukan aksi beli bersih atau net buy sebesar Rp2,9 triliun di tengah pelemahan bursa.