Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat total emisi obligasi dan sukuk yang telah tercatat sepanjang tahun 2021 (year to date/Ytd) adalah 71 emisi dari 47 emiten senilai Rp68,44 triliun.
Pada pekan ini, terdapat 8 pencatatan obligasi, 2 pencatatan Sukuk Mudharabah, dan 2 pencatatan Sukuk Ijarah di BEI. Diantaranya adalah PT Sinas Mas Multiartha Tbk menerbitkan Obligasi Berkelanjutan II Sinar Mas Multiartha senilai Rp705,7 miliar. Lalu, PT Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Utara Gorontalo menerbitkan Obligasi Berkelanjutan I Bank Sulutgo Tahap I Tahun 2021, sebanyak Rp750 miliar.
Selain sektor finansial, perusahaan plat merah seperti PT Hutama Karya (Persero) juga menerbitkan Obligasi Berkelanjutan II Hutama Karya Tahap I Tahun 2021 dan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I Hutama Karya Tahap I Tahun 2021, dengan nilai masing-masing Rp1 triliun dan Rp500 miliar.
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. pun ikut menerbitkan Obligasi Berkelanjutan II Wijaya Karya Tahap I Tahun 2021 dan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan II Wijaya Karya Tahap I Tahun 2021, dengan nilai bbligasi sebesar Rp1,75 triliun dan sukuk senilai Rp750 miliar.
Lalu, PT Angkasa Pura I (Persero) menerbitkan Obligasi Berkelanjutan I Angkasa Pura I Tahap I Tahun 2021 dan Sukuk Ijarah Berkelanjutan I Angkasa Pura I Tahap I Tahun 2021, dengan nilai masing-masing Rp1,11 triliun dan Rp496 miliar.
BEI menyatakan total emisi obligasi serta sukuk yang tercatat sampai dengan saat ini berjumlah 484 emisi dengan nilai nominal outstanding sebesar Rp430,35 triliun dan US$47,5 juta. Penerbitan dilakukan oleh 127 emiten.
Baca Juga
Selain itu, surat berharga negara (SBN) tercatat di BEI berjumlah 156 seri dengan nilai nominal Rp4.325,01 triliun dan US$400 juta. Efek Beragun Aset (EBA) sebanyak 10 emisi senilai Rp6,17 triliun.
Sebelumnya, Direktur Panin Asset Management Rudiyanto mengatakan pihaknya lebih memilih BUMN untuk mengisi portofolio obligasi pada produk reksa dana. Namun di luar itu, juga ada beberapa portofolio lain yang bagus untuk memoles kinerja.
“Untuk pilihan, kami mengutamakan yang ratingnya investment grade, BUMN, sektor yang strategis, atau perusahaan yang merupakan bagian dari konglomoreasi keuangan yang besar,” katanya kepada Bisnis.
Rudiyanto berpendapat obligasi dari korporasi cocok untuk reksa dana terproteksi. Sementara untuk pendapatan tetap adalah kombinasi antara pemerintah dan korporasi.