Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas terperosok nyaris 2 persen pada perdagangan Selasa (7/9/2021), di tengah penguatan dolar AS dan imbal hasil obligasi pemerintah AS, yang menghilangkan daya tarik logam mulia bagi investor.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange anjlok US$35,2 atau 1,92 persen dan ditutup di posisi US$1.798,50 per troy ounce. Emas berjangka juga merosot US$8,20 atau 0,45 persen ke US$1.825,50 pada Senin (6/9).
Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback terhadap enam mata uang utama lainnya melonjak 0,5 persen, membuat emas lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
"Pasar emas mengalai retracement, dengan dolar AS kemungkinan akan naik lebih jauh dan menekan logam mulia," kata ahli analis pasar senior RJO Futures, Daniel Pavilonis.
Emas mencapai level tertinggi dalam 2,5 bulan terakhir pada Jumat (3/9) setelah laporan pekerjaan AS yang jauh lebih lemah dari perkiraan memicu spekulasi bahwa Federal Reserve AS mungkin menunda kembali pengurangan pembelian obligasi (tapering).
"Tetapi kenyataannya adalah mereka (Fed) ingin mulai melakukan tapering-nya, sehingga pasar (emas) akan memposisikan di depan jika hal itu benar-benar terjadi,” tambah Pavilonis.
Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) dijadwalkan untuk bertemu berikutnya pada 21-22 September.
Emas dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan penurunan nilai mata uang, yang disebabkan oleh langkah-langkah stimulus besar-besaran.
Lebih lanjut melemahkan daya tarik emas, juga karena imbal hasil obligasi pemerintah 10-tahun yang dijadikan acuan naik ke level tertinggi sejak pertengahan Juli, meningkatkan peluang kerugian memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.
"Selain itu, pasar juga mulai sedikit gugup karena kegagalan untuk menembus di atas area resistensi penting di sekitar level 1.835 dolar AS," kata analis Saxo Bank, Ole Hansen.
Investor juga mengunggu pertemuan Bank Sentral Eropa (ECB) pada Kamis (9/9), di mana kemungkinan akan memperdebatkan pengurangan langkah-langkah stimulus karena ekonomi zona euro bangkit kembali.