Bisnis.com, JAKARTA - PT Sarana Menara Nusantara yang merupakan bagian dari Grup Djarum bakal menyelesaikan transaksi akuisisi PT Solusi Tunas Pratama Tbk. Dengan begitu, perseroan menjadi pemilik menara telekomunikasi terbesar di Indonesia.
Kabar aksi korporasi Grup Djarum menguasai bisnis menara telekomunikasi menjadi salah satu dari lima berita pilihan Bisnisindonesia.id.
Selain itu, beragam kabar ekonomi dan bisnis yang dikemas secara mendalam dan analitik juga tersaji di meja redaksi Bisnisindonesia.id.
Berikut ini adalah intisari dari setiap berita pilihan.
1. Aksi Korporasi Grup Djarum Kuasai Bisnis Menara Telekomunikasi
Cengrakam Grup Djarum di bisnis menara telekomunikasi semakin kuat. Lewat PT Sarana Menara Nusantara Tbk. (TOWR), grup konglomerasi itu bakal menguasai jumlah menara terbanyak di Indonesia.
Pasalnya, TOWR mengumumkan bakal mengakuisis 90 persen saham PT Solusi Tunas Pratama Tbk. (SUPR). Aksi akuisisi TOWR terhadap 90 persen saham SUPR sebelumnya telah berhembus sejak Juni 2021.
Rencananya, TOWR mengambil alih saham SUPR melalui entitas usaha PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (PTI). Aksi ini diprediksi bakal kian menjadikan TOWR berjaya di puncak industri operator menara telekomunikasi dari sisi jumlah menara dan kapitalisasi pasar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
2. Potensi Bisnis Emiten Baru Cerah, Tren ARA Terus Berlanjut
Bursa Efek Indonesia atau BEI kembali kedatangan emiten baru. Dua emiten sekaligus mencatatkan saham perdananya di Bursa pada perdagangan Senin (6/9/2021).
Dua emiten tersebut yaitu PT Indo Oil Perkasa Tbk. (OILS) dan PT Geoprima Solusi Tbk. (GPSO). Keduanya tercatat sebagai perusahaan ke-30 dan ke-31 yang go public pada tahun ini.
Pelaksanaan initial public offering (IPO) kedua perusahaan itu pun sukses. Terbukti dari pergerakan sahamnya yang terkena auto reject atas (ARA). Pencapaian kedua emiten tersebut sekaligus meneruskan tren ARA bagi para pendatang baru Bursa.
Berdasarkan RTI, kedua emiten tersebut langsung menghantam ARA saat perdagangan baru saja berjalan kurang dari 1 jam. Saham OILS naik 66 poin atau 24,44 persen ke level 336 dari harga penawaran 270 dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp152,54 miliar dengan volume perdagangan melampaui 173,39 juta lembar saham.
3. Kilau Cemerlang Laba TINS Disepuh Kenaikan Harga Timah
Senyum lebar tampaknya sedang menghiasi hari-hari manajemen PT Timah Tbk. (TINS). Merilis kinerja keuangan paruh pertama 2021 pada pekan ini, perusahaan yang 65% sahamnya digenggam pemerintah lewat PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) tersebut membukukan kinerja apik.
Memanasnya harga timah di pasar global menjadi berkah bagi PT Timah Tbk. (TINS). Kendati pendapatannya turun cukup dalam, perseroan justru berhasil mengerek naik kinerja laba berkat harga jual timah yang lebih tinggi.
Sepanjang Januari—Juni 2021, TINS memang mengalami penurunan pendapatan 26,9% secara year-on-year (yoy), tepatnya dari Rp8,03 triliun menjadi Rp5,87 triliun.
Namun, perseroan justru mampu mengamankan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk Rp270,09 miliar, berbalik dari kondisi rugi Rp390,07 miliar secara yoy.
4. Kenaikan Harga Batu Bara Ancam Pemulihan Industri Semen
Produksi semen nasional mengalami tantangan baru di pertengahan 2021 berupa kenaikan harga batu bara, yang membuat daya saing harga produk melemah. Pemerintah justru menaikkan target pertumbuhan sektor industri ini.
Asosiasi Semen Indonesia (ASI) mencatat, harga batu bara untuk industri semen saat pengiriman atau freight on board (FoB) telah naik 60% secara tahunan per Juli 2021. ASI memprediksi harga batu bara untuk industri semen akan menjadi dua kali lipat pada akhir tahun.
“Hal ini akan menjadi ancaman serius bagi kelangsungan industri semen, karena harga batu bara adalah sekitar 35–40 persen dari total biaya produksi,” kata Ketua Umum ASI Widodo Santoso kepada Bisnis, Senin (6/9/2021).
5. Inovasi Produk Pakan Sapi Potong dengan Bakteri Asam Laktat
Sebagai salah satu negara dengan penduduk terpadat di dunia, Indonesia mempunyai preferensi tinggi untuk mengonsumsi daging sapi. Upaya memenuhi kebutuhan pasokan pangan ini perlu memperbaiki produktivitas sapi potong melalui pakannya.
Yantyati Widyastuti, peneliti bidang bioteknologi hewan dari Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, mengungkapkan budidaya sapi potong sangat tergantung pada ketersediaan pakan, yang mana biaya pakan mencapai 70% pada tata kelola pemeliharaan ternak.
“Secara global, budidaya sapi potong telah mengalami perubahan, terutama pada manajemen pemberian pakannya. Pada dasarnya, pakan yang dikonsumsi ditujukan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dan produktivitas ternak,” ungkap Yanti dalam orasi Pengukuhan Profesor Risetnya berjudul Inovasi Produk Pakan Sapi Potong Berbasis Bakteri Asam Laktat untuk Mendukung Usaha Peternakan Nasional, Rabu (1/9/2021).