Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Data Tenaga Kerja AS Lesu, Dolar AS Melemah Empat Hari Beruntun

Indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback terhadap sekeranjang mata uang utama negara lain telah turun sekitar 0,7 persen selama pekan ini.
Karyawan menunjukan dolar AS di Jakarta, Rabu (25/11/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menunjukan dolar AS di Jakarta, Rabu (25/11/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Dolar Amerika Serikat (AS) jatuh untuk hari keempat berturut-turut terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Jumat (3/9/2021) waktu setempat.

Pelemahan terjadi setelah laporan pekerjaan AS yang lesu sehingga berpotensi membuat Federal Reserve tidak bergerak dalam mengurangi langkah-langkah stimulus besarannya.

Data penggajian (payrolls) nonpertanian AS meningkat 235.000 pada Agustus 2021, sementara tingkat pengangguran turun menjadi 5,2 persen dari 5,4 persen pada bulan sebelumnya.

Mengutip Antara, Sabtu (4/9/2021), indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya turun ke level 91,941, terendah sejak 4 Agustus, dan terakhir turun 0,231 persen pada 92,014. Indeks dolar telah turun sekitar 0,7 persen selama pekan ini.

Dolar telah melemah di tengah ketidakpastian atas jalur kebijakan bank sentral AS. Gubernur The Fed Jerome Powell mengatakan Jumat lalu (27/8/2021) bahwa pengurangan stimulus dapat dimulai tahun ini jika pertumbuhan lapangan kerja berlanjut namun bank sentral tidak akan terburu-buru untuk melakukannya.

Meningkatnya kasus Covid-19 dalam beberapa pekan terakhir telah menimbulkan kekhawatiran pemulihan ekonomi dapat terhenti. Data pekerjaan kemungkinan akan menahan The Fed.

"Ini menambah perhatian atau fokus pada data Oktober, karena sekarang kami ingin melihat apakah ada tren," kata JB Mackenzie, direktur pelaksana untuk perdagangan berjangka dan valas TD Ameritrade di Chicago.

Mackenzie mengatakan level 92 adalah level dukungan penting untuk greenback setelah bangkit kembali dari level itu pada awal Agustus.

Secara terpisah, data dari Institute for Supply Management (ISM) menunjukkan aktivitas di sektor jasa-jasa tumbuh dengan kecepatan moderat pada Agustus, dengan tanda-tanda bahwa kenaikan harga dan kendala pasokan mulai mereda.

Euro menguat terhadap greenback setelah laporan tersebut, menyentuh tertinggi US$1,1909 menyamai level terbaiknya sejak 30 Juli.

Mata uang tunggal telah didukung oleh data awal pekan ini yang menunjukkan inflasi regional pada level tertinggi satu dekade dan komentar hawkish dari pejabat Bank Sentral Eropa menjelang pertemuan kebijakan pada 9 September. Euro terakhir naik 0,15 persen menjadi US$1,1891.

Yen Jepang naik 0,29 persen versus greenback, atau menguat setelah data pekerjaan, tetapi menunjukkan sedikit reaksi terhadap keputusan Perdana Menteri Yoshihide Suga untuk mundur pada akhir bulan.

Di pasar kripto, Bitcoin terakhir naik 2,2 persen menjadi US$50.358,39, sementara Ethereum terakhir menguat 4,48 persen menjadi US$3.956,04 setelah naik setinggi US$4.025, menembus level US$4.000 untuk pertama kalinya sejak 15 Mei.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Farid Firdaus
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper