Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Turun Dipicu Pelemahan Data Tenaga Kerja AS

Pelemahan harga minyak dibatasi oleh kekhawatiran bahwa pasokan AS akan tetap terbatas setelah Badai Ida, yang memangkas produksi dari Teluk Meksiko AS.
Kilang minyak lepas pantai di Skotlandia/Bloomberg-Jason Alden
Kilang minyak lepas pantai di Skotlandia/Bloomberg-Jason Alden

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak jatuh pada penutupan perdagangan Jumat (3/9/2021) waktu Amerika Serikat (AS) setelah laporan pekerjaan AS yang lebih lemah dari perkiraan menunjukkan pemulihan ekonomi yang belum merata.

Artinya, permintaan bahan bakar berpeluang lebih lambat selama periode kebangkitan kembali dari pandemi.

Mengutip Antara, Sabtu (4/9/2021), minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November turun 42 sen atau 0,58 persen, menjadi berakhir di US$72,61 per barel di London ICE Futures Exchange. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober kehilangan 70 sen, menjadi menetap di US$69,29 per barel di New York Mercantile Exchange.

Untuk minggu ini, patokan minyak mentah AS naik 0,8 persen, sementara Brent naik 1,3 persen, berdasarkan kontrak bulan depan.

Kerugian dibatasi oleh kekhawatiran bahwa pasokan AS akan tetap terbatas setelah Badai Ida, yang memangkas produksi dari Teluk Meksiko AS.

"Harga-harga tergelincir di tengah laporan ketenagakerjaan, yang jelas dipengaruhi oleh varian Delta," kata John Kilduff, mitra Again Capital LLC di New York. "Ini adalah pengecekan nyata bahwa virus corona masih memengaruhi permintaan," tambahnya.

Data penggajian (payrolls) nonpertanian meleset dari ekspektasi dengan peningkatan 235.000 pekerjaan di tengah melemahnya permintaan untuk jasa-jasa dan kekurangan pekerja terus-menerus karena infeksi Covid-19 melonjak. Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan data penggajian nonpertanian akan meningkat 728.000 pekerjaan.

Sementara itu produksi minyak dan gas di Teluk Meksiko AS sebagian besar tetap terhenti setelah Badai Ida, dengan 1,7 juta barel atau 93 persen dari produksi minyak mentah harian ditangguhkan, menurut regulator lepas pantai Biro Keselamatan dan Penegakan Lingkungan AS.

"Saya memperkirakan produksi akan kembali online dalam minggu depan, versus kilang kembali online selama dua minggu ke depan," kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho di New York. Keterlambatan dalam memulai kembali operasi kilang dapat menyebabkan kenaikan pasokan minyak mentah dan membebani pasar.

Beberapa analis melihat ruang untuk kenaikan harga lebih lanjut setelah Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, tetap pada rencana untuk menambah 400.000 barel per hari (bph) ke pasar selama beberapa bulan ke depan.

Amerika Serikat menyambut baik langkah tersebut dan berjanji menekan klub pengekspor itu untuk berbuat lebih banyak guna mendukung pemulihan ekonomi dengan melepaskan produksi mereka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Farid Firdaus
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper