Bisnis.com, JAKARTA – PT Timah Tbk. berniat untuk terus menurunkan porsi utang hingga dinilai dalam posisi optimal.
Berdasarkan laporan keuangan semester I/2021, total utang perseroan mencapai Rp5,4 triliun. Jumlah itu turun 38,63 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya Rp8,8 triliun.
Dengan begitu debt equity ratio (DER) perseroan berada di posisi 1 kali sedangkan periode yang sama tahun sebelumnya 1,8 persen. Adapun net debt to ebitda terpantau di posisi 3,9 kali dibandingkan dengan paruh pertama tahun lalu 22,4 kali.
Sekretaris Perusahaan Timah Abdullah Umar Baswedan mengatakan perseroan akan terus mengurangi jumlah utang. Emiten berkode saham TINS itu memiliki pinjaman jangka pendek senilai Rp2,23 triliun.
“Kami akan melunasi utang jangka pendek. Target kami adalah menurunkan DER sampai optimal. Kami juga belum ada rencana menambah pinjaman,” katanya pada Kamis (2/9/2021).
Abdullah optimistis arus kas perseroan berada dalam posisi yang baik untuk bisa membayar kewajiban. Kas dan setara kas TINS terpantau di posisi Rp1,3 triliun. Selain itu, pendapatan perseroan lebih besar daripada pengeluaran dengan produksi yang stabil dan efisiensi.
Baca Juga
Hal itu membuat TINS berada dalam posisi tawar yang baik dengan kreditur sehingga bisa menekan suku bunga. Meski demikian perseroan belum berencana menambah modal untuk ekspansi dan lain-lain.
Sebelumnya, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Timah Wibisono mengungkapkan perseroan akan membeli kembali surat utang untuk tiga jenis efek, yakni obligasi berkelanjutan I Timah Tahap I 2017 seri B, Sukuk Ijarah Berkelanjutan I Timah Tahap I 2017 seri B, dan Obligasi Berkelanjutan I Timah Tahap II 2019 seri A.
"Perkiraan dana maksimal yang akan digunakan untuk pembelian kembali EBUS sebanyak-banyaknya sebesar Rp1,30 triliun," jelasnya dalam surat kepada otoritas bursa, dikutip Sabtu (14/8/2021).
Rinciannya, pembelian kembali maksimal Rp732,6 miliar untuk obligasi I Timah Tahap I seri B, maksimal Rp183,15 miliar untuk sukuk ijarah I Timah Tahap I seri B, dan Rp392,805 miliar untuk obligasi I Timah Tahap II seri A.
Perkiraan dana tersebut setelah dikurangi biaya-biaya dan pengeluaran pelaksanaan pembelian kembali, target harga maksimal sebesar 101,5 persen dari harga par untuk ketiga jenis efek bersifat utang tersebut.
"Sumber dana atas pembelian kembali EBUS akan berasal dari pinjaman bank. Dengan mempertimbangkan aspek ekonomis perseroan, TINS melakukan pembelian kembali EBUS dengan tujuan pelunasan atas EBUS yang dibeli kembali," jelasnya.