Bisnis.com, JAKARTA— Reksa dana pendapatan tetap masih dapat menjadi pilihan bagi investor meski dibayangi oleh sentimen tapering yang akan dilakukan The Fed.
Berdasarkan laporan dari Infovesta Utama, Rabu (1/9/2021), pada periode 20 Agustus 2021 - 27 Agustus 2021, reksa dana pendapatan tetap mencatatkan return positif 0,50 persen.
Kinerja tersebut seiring dengan pergerakan pasar obligasi pada pekan lalu. Tercatat, obligasi pemerintah naik sebesar 0,52 persen, sedangkan obligasi korporasi menguat sebesar 0,13 persen.
Sementara itu, secara year to date reksa dana pasar uang masih menjadi instrumen dengan kinerja terbaik dengan imbal hasil 2,31 persen. Menyusul di belakangnya adalah reksa dana pendapatan tetap dengan imbal hasil 1,51 persen.
Di sisi lain, reksa dana saham memiliki return -5,34 persen secara year to date. Adapun, reksa dana campuran juga masih berkutat di zona merah dengan return -0,68 persen.
Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, rencana tapering yang akan dilakukan oleh The Fed akan berimbas di fluktuasi pada obligasi pemerintah. Sebagian besar aset dasar reksa dana pendapatan tetap menggunakan instrumen ini.
Baca Juga
Kendati demikian, Wawan meyakini imbas dari rencana tapering ini hanya bersifat sementara. Menurutnya, dari sisi imbal hasil (yield), Surat Utang Negara (SUN) Indonesia merupakan salah satu yang paling menarik.
“Kemungkinan dampaknya akan jangka pendek saja, karena bagaimanapun imbal hasil SUN indonesia masih paling menarik dibanding regional,” kata Wawan.
Sentimen tapering yang sempat memberikan kekhawatiran telah diperjelas oleh The Fed dengan pernyataan bahwa The Fed tidak akan terburu-buru untuk menaikkan tingkat suku bunga karena inflasi yang dianggap masih bersifat sementara. Namun, The Fed juga mengisyaratkan untuk tetap memulai proses pengurangan pembelian obligasi melalui open market operation.
Wawan melanjutkan, di sisa tahun ini prospek reksa dana pendapatan tetap masih cukup baik. Hal ini salah satunya ditopang oleh ekspektasi pasar terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih cukup baik pada tahun ini.
Selain itu, pasar juga akan memantau respon Bank Indonesia (BI) terkait penurunan suku bunga acuan. Wawan mengatakan, BI masih memiliki ruang untuk melakukan penurunan suku bunga 1 kali lagi pada tahun ini.
Lebih lanjut, minat investor terhadap instrumen dengan risiko yang cenderung rendah seperti reksa dana pendapatan tetap atau reksa dana pasar uang juga masih cukup tinggi di masa pandemi virus corona.
“Investor dengan jangka waktu investasi menengah masih dapat mempertimbangkan reksa dana berbasis pendapatan tetap karena masih memberikan imbal hasil yang menarik,” pungkasnya.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan, nilai aktiva bersih (NAB) produk reksa dana pendapatan tetap per akhir Juli 2021 tercatat sebesar Rp147,70 triliun, naik 7,26 persen dari posisi Januari 2021 lalu yang sebesar Rp137,70 triliun.