Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Akan Lanjutkan Penguatan pada September, Cermati Sektor-Sektor Ini

Secara historis pergerakan IHSG di bulan September seharusnya bisa lebih baik dari pergerakan di bulan Agustus.
Karyawan melintas di depan papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (3/5/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Karyawan melintas di depan papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (3/5/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi melanjutkan tren penguatannya pada September 2021. Sejumlah sektor seperti komoditas, farmasi, dan teknologi dapat dicermati oleh para investor

Pengamat Pasar Modal dari Asosiasi Analis Efek Indonesia Reza Priyambada menjelaskan, secara historis pergerakan IHSG di bulan September seharusnya bisa lebih baik dari pergerakan di bulan Agustus.

Meski demikian, dalam 2 tahun terakhir pergerakan IHSG pada September justru lebih rendah dari bulan Agustus. Menurutnya, hal ini kemungkinan disebabkan oleh masih adanya imbas dari pandemi virus corona dimana mayoritas usaha mengalami penurunan.

“Dampak ini terasa imbasnya pada psikologis pasar sehingga banyak terjadi aksi jual,” jelasnya saat dihubungi pada Selasa (31/8/2021).

Menurutnya, dengan asumsi pemulihan ekonomi terus berjalan dan isu kenaikan suku bunga The Fed mulai mereda, maka potensi penguatan IHSG pada September 2021 akan semakin terbuka. Apalagi, pemerintah terus menggalakkan program vaksinasi kepada masyarakat untuk menggenjot perekonomian.

“Turunnya level PPKM di wilayah Jawa – Bali juga akan membawa efek positif untuk IHSG bulan depan,” ujarnya.

Reza menetapkan proyeksi IHSG pada September 2021 pada level 5.985 – 6.100 untuk support dan 6.200 – 6.250 untuk resistance.

Ia mengatakan, sektor komoditas, farmasi, tekno, dan media dapat menjadi perhatian para investor untuk bulan depan. Meski demikian, Reza tidak memberikan rekomendasi saham-saham pilihan mengingat kondisi pasar yang masih sangat dinamis dan potensi munculnya berbagai sentimen tambahan.

Sementara itu, Kepala Riset Praus Capital Alfred Nainggolan menyebutkan IHSG memiliki momentum untuk menguat pada September 2021 sejalan dengan dukungan beberapa faktor. Pertama, momentum berakhirnya PPKM. Pihaknya mengaku optimistis pembatasan kegiatan akan berakhir pada September 2021 sehingga akan menjadi sentimen positif untuk IHSG.

Kedua, meredanya kekhawatiran tapering. Pelaku pasar menurutnya optimistis tekanan tidak akan sebesar 2014. Menurutnya, proses tapering kali ini akan lebih lunak terhadap likuiditas di pasar seiring dengan ekpetasi pelaksanaan yang mulai terarah yakni pada awal 2022.

“Selain itu, proses pelaksanaan juga akan dilakukan seperti tapering 2014 yang dilakukan secara bertahap sehingga tekanan terhadap mata uang negara berkembang seperti Indonesia tidak akan besar,” jelasnya.

Alfred juga mengatakan potensi kelanjutan aksi beli investor asing terhadap saham-saham di pasar modal Indonesia. Pasalnya, pemodal dari luar negeri telah mencetak net buy berturut-turut dalam 4 bulan terakhir.

“Kami optimistis September 2021 investor asing masih akan bertahan bahkan menambah karena proses recovery ekonomi yang lebih baik terhadap pandemi Covid-19,” imbuhnya.

Alfred menjagokan saham berbasis komoditas sejalan dengan proses pemulihan ekonomi. Tahun depan, produsen akan bisa lebih cepat meningkatkan level produksi sehingga pertumbuhan volume akan mendongkrak kinerja periode 2022.

“Saham ADRO, ITMG punya rasio PER 2021 masing-masing 7,7 kali dan 5 kali,” ujarnya. Sektor lain yang menjadi pilihannya yakni telekomunikasi dan layanan kesehatan atau healthcare.

Pihaknya menyarankan agar investor memilih saham-saham yang mampu tetap menjaga pertumbuhan tinggi namun dari sisi valuasi terbilang murah. Adapun, saham yang masuk kategori itu antara lain INDF dan TLKM.

Dalam kondisi pasar bullish jangka pendek, lanjut dia, saham-saham lapis dua dan lapis tiga juga layak dicermati apalagi dengan valuasi yang masih sangat murah seperti JPFA, KRAS, dan SMDR.

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper