Bisnis.com, JAKARTA – Hasil lelang Surat Utang Negara (SUN) pada Selasa (31/8/2021) besok diprediksi kembali meningkat seiring dengan kejelasan tapering off yang akan dilakukan The Fed dan likuiditas dalam negeri yang masih melimpah.
Senior Economist Samuel Sekuritas Fikri C. Permana menjelaskan, lelang SUN pada Selasa besok kemungkinan akan cukup semarak seiring dengan kondisi pasar obligasi negara yang kondusif.
Data dari laman Asian Bonds Online ADB mencatat, tingkat imbal hasil Surat Utang Negara Indonesia seri acuan 10 tahun berada pada kisaran 6,17 persen. Selama 1 pekan terakhir, yield SUN Indonesia tercatat menguat 20 basis poin.
Salah satu sentimen pendukung lelang besok adalah pernyataan Gubernur The Fed Jerome Powell terkait kejelasan program tapering off yang akan dilakukan. Dalam simposium di Jackson Hole, Wyoming, Powell juga mengindikasikan rencana kenaikan suku bunga acuan yang akan turut mempengaruhi pergerakan pasar.
“Dengan rencana kenaikan suku bunga yang tidak akan dilakukan bersamaan dengan tapering, diharapkan kondisi pasar SUN Indonesia juga tetap stabil dan kuat,” katanya saat dihubungi pada Senin (30/8/2021).
Fikri memprediksi jumlah penawaran yang masuk pada lelang besok akan berada di kisaran Rp90 triliun – Rp100 triliun. Menurutnya, peran investor domestik masih akan cukup mendominasi pada lelang besok.
Baca Juga
“Sejauh ini likuiditas dalam negeri masih sangat bagus dan menjadi salah satu penopang pasar SUN Indonesia,” tambahnya.
Senada, Head of Research & Market Information Department Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI) Roby Rushandie mengatakan, hasil lelang besok masih berpeluang oversubscribed dan tidak jauh berbeda dari lelang sebelumnya. Kondisi tersebut sejalan dengan likuiditas dalam negeri, terutama dari sektor perbankan, yang masih terjaga.
“Saya perkirakan angka penawaran di sekitar Rp70 triliun – Rp90 triliun,” katanya.
Roby menambahkan, penurunan target serapan pada lelang besok merupakan bentuk antisipasi pemerintah terhadap permintaan yield yang tinggi dari peserta lelang.
Hal ini merupakan dampak dari pelaku pasar yang saat ini berupaya mengantisipasi risiko langkah tapering dari The Fed yang lebih cepat.