Bisnis.com, JAKARTA – Minat investor pada lelang Surat Utang Negara (SUN) besok akan tetap tinggi meski dibayangi oleh isu tapering yang akan dilakukan The Fed.
Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto mengatakan, minat investor terhadap surat utang pemerintah Indonesia akan kembali menguat pada lelang besok.
Ia menjelaskan, hal ini didukung dari kondisi pasar SUN Indonesia dalam beberapa hari belakangan yang menunjukkan tren positif. Hal tersebut terlihat dari penurunan imbal hasil (yield) SUN Indonesia seri acuan 10 tahun.
Data dari laman Asian Bonds Online ADB mencatat, tingkat imbal hasil SUN RI seri acuan 10 tahun berada pada kisaran 6,17 persen. Selama 1 pekan terakhir, yield SUN Indonesia tercatat menguat 20 basis poin.
"Penguatan imbal hasil ini membuat SUN Indonesia semakin menarik di mata investor. Mereka juga sedang mencari instrumen-instrumen yang kuat,” katanya saat dihubungi Bisnis, Senin (30/8/2021).
Di sisi lain, Ramdhan mengatakan isu tapering yang akan dilakukan The Fed akan sedikit menekan pasar SUN Indonesia pada lelang besok. Ia menuturkan, indikasi terjadinya tapering The Fed pada akhir tahun ini kemungkinan akan menimbulkan fluktuasi di pasar obligasi Indonesia dalam jangka pendek.
Baca Juga
Meski demikian, Ramdhan meyakini lelang SUN besok akan tetap semarak. Hal tersebut turut ditopang oleh tingkat likuiditas domestik Indonesia yang masih sangat besar dan mampu mendorong pemulihan pada pasar meski ditinggal oleh investor asing.
“Sejauh ini pasar SUN RI memang didominasi oleh investor domestik, makanya pasar kita terus pulih meskipun investor asingnya belum kembali,” tambahnya.
Seiring dengan sentimen-sentimen tersebut, Ramdhan optimistis jumlah penawaran pada lelang SUN besok dapat kembali menembus angka Rp100 triliun.
Sementara itu, terkait penurunan target serapan pada lelang besok, Ramdhan menjelaskan hal ini merupakan strategi pemerintah dalam menjaga portofolio utangnya. Hal tersebut dilakukan agar pembayaran utang tidak membebani anggaran negara ke depannya.
Selain itu, pemerintah kini juga telah memiliki jalan lain untuk menarik pembiayaan utang, salah satunya adalah melakukan private placement kepada Bank Indonesia (BI) setelah perpanjangan kebijakan burden sharing disahkan.
“Selama 2020-2021 ini pemerintah cukup banyak menarik utang untuk pembiayaan pandemi dan pemulihannya. Jadi, penurunan target ini lebih ke manajemen risiko utang Indonesia,” pungkasnya.