Bisnis.com, JAKARTA – Permintaan investor terhadap produk reksa dana campuran diyakini masih cukup baik di sisa tahun 2021 meskipun cenderung terbatas.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan yang diakses pada Jumat (27/8/2021), nilai aktiva bersih (NAB) produk reksa dana campuran per akhir Juli 2021 tercatat sebesar Rp25,11 triliun, turun 3,82 persen dari posisi Januari 2021 lalu yang sebesar Rp26,11 triliun.
Reksa dana campuran juga masih menjadi instrumen dengan kinerja negatif sepanjang tahun 2021. Data Infovesta Utama mencatat, pada periode 13 Agustus – 20 Agustus lalu, reksa dana campuran terpantau melemah 0,57 persen.
Sementara, secara year to date reksa dana campuran mencetak imbal hasil -0,65 persen, di belakang reksa dana saham yang terbenam di -5,23 persen. Reksa dana pendapatan tetap dan pasar uang memiliki return positif masing-masing 1 persen dan 2,25 persen.
Terkait hal tersebut, Direktur Panin Asset Management (Panin AM) Rudiyanto menyebutkan, minat terhadap reksa dana campuran tidak sebesar jenis lain seperti pasar uang ataupun pendapatan tetap. Hal ini terlihat dari pergerakan jumlah dana kelolaan yang terbatas.
Menurut Rudiyanto, hal ini disebabkan oleh profil investor di Indonesia yang tidak cocok dengan produk ini. Ia menjelaskan, ada investor lebih untuk masuk ke reksa dana saham yang berisiko tinggi atau reksa dana pendapatan tetap dan pasar uang bagi para investor yang lebih konservatif.
Baca Juga
“Karena ada kecenderungan bagi investor untuk memilih yang agresif atau konservatif sekaligus,” jelasnya saat dihubungi pada Jumat (27/8/2021).
Meski demikian, menurut Rudiyanto minat investor terhada reksa dana campuran masih tetap ada. Apalagi, jika produk tersebut memiliki kinerja yang optimal ditengah fluktuasi pasar yang masih terjadi saat ini.
Sementara itu, Direktur Utama PT Pinnacle Persada Investama Guntur Putra menilai prospek reksa dana campuran masih cukup baik.
Ia mengatakan, reksa dana campuran memiliki risiko yang lebih rendah dibandingkan dengan reksa dana saham. Oleh karena itu, instrumen ini dapat menjadi opsi bagi sejumlah investor dengan profil yang tidak begitu agresif.
Selain itu, Guntur juga meyakini permintaan terhadap produk-produk reksa dana campuran masih ada meskipun tidak setinggi jenis-jenis lainnya. Hal tersebut mengingat faktor yang mempengaruhi kinerja produk akan bergantung dari strategi investasi yang diterapkan.
“Karena reksa dana campuran ini memang cukup unik dari sisi kombinasi asset classes yang berbeda. Tetapi, saya yakin sejauh ini demand dari investor masih ada,” jelasnya.