Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Reksa Dana Campuran Belum Ngegas, Ini Komentar Pinnacle Investama

Sentimen utama yang mempengaruhi reksa dana campuran saat ini adalah kondisi makroekonomi domestik dan global.
President dan CEO PT Pinnacle Persada Investama Guntur Putra (tengah) memberikan penjelasan pada konferensi pers peluncuran Pinnacle FTSE  Indonesia ETF (XPFT), di Jakarta, Senin (10/9/2018)./JIBI-Dedi Gunawan
President dan CEO PT Pinnacle Persada Investama Guntur Putra (tengah) memberikan penjelasan pada konferensi pers peluncuran Pinnacle FTSE Indonesia ETF (XPFT), di Jakarta, Senin (10/9/2018)./JIBI-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja reksa dana campuran sepanjang tahun 2021 masih berada di zona merah seiring dengan kondisi perekonomian domestik dan global yang belum pulih sepenuhnya.

Data Infovesta Utama mencatat, pada periode 13 Agustus – 20 Agustus lalu, reksa dana campuran terpantau melemah 0,57 persen.

Sementara, secara year to date reksa dana campuran mencetak imbal hasil -0,65 persen, di belakang reksa dana saham yang terbenam di -5,23 persen. Sementara, reksa dana pendapatan tetap dan pasar uang memiliki return positif masing-masing 1 persen dan 2,25 persen.

Sementara itu, berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan, nilai aktiva bersih (NAB) produk reksa dana campuran per akhir Juli 2021 tercatat sebesar Rp25,11 triliun, turun 3,82 persen dari posisi Januari 2021 lalu yang sebesar Rp26,11 triliun.

Terkait hal tersebut, Direktur Utama PT Pinnacle Persada Investama Guntur Putra mengatakan, kinerja reksa dana campuran cenderung bervariasi tergantung strategi yang diterapkan pada reksa dana campuran. Ia mengatakan, reksa dana campuran yang fokus pada saham saat ini masih cukup tertekan dibandingkan produk dengan underlying yang fokus di obligasi.

“Sentimen utama yang mempengaruhi reksa dana campuran saat ini adalah kondisi makroekonomi domestik dan global,” katanya saat dihubungi Bisnis, Jumat (27/8/2021).

Meski demikian, Guntur menilai prospek reksa dana campuran masih cukup baik. Ia mengatakan, reksa dana campuran memiliki risiko yang lebih rendah dibandingkan dengan reksa dana saham. Oleh karena itu, instrumen ini dapat menjadi opsi bagi sejumlah investor dengan profil yang tidak begitu agresif.

Selain itu, Guntur juga meyakini permintaan terhadap produk-produk reksa dana campuran masih ada meskipun tidak setinggi jenis-jenis lainnya. Hal tersebut mengingat faktor yang mempengaruhi kinerja produk akan bergantung dari strategi investasi yang diterapkan.

“Karena reksa dana campuran ini memang cukup unik dari sisi kombinasi kelas aset yang berbeda. Tetapi, saya yakin sejauh ini demand dari investor masih ada,” jelasnya.

Adapun, dalam meracik reksa dana campurannya, Pinnacle menerapkan strategi kuantitatif yang menggabungkan kelas-kelas aset berbeda secara dinamis tergantung dari kondisi pasar.

“Jadi pada saat kondisi pasar saham bearish atau bullish, bobot saham, obligasi, atau pasar uang akan disesuaikan secara dinamis untuk menghasilkan kinerja yang lebih optimal,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper