Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Burden Sharing BI dan Pemerintah Dilanjutkan, Ini Kata Manajer Investasi

Kehadiran Bank Indonesia (BI) akan memberikan porsi tersendiri dalam penerbitan SBN, melalui private placement. Hal ini akan memudahkan pemerintah dalam menekan angka penerbitan (issuance) SBN di pasar primer.
Karyawan memantau pergerakan Indeks harga saham gabungan (IHSG) di salah satu perusahaan manajer investasi, di Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Endang Muchtar
Karyawan memantau pergerakan Indeks harga saham gabungan (IHSG) di salah satu perusahaan manajer investasi, di Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Endang Muchtar

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk melanjutkan pembagian beban atau burden sharing pada 2021 dan 2022.

Kesepakatan tersebut tertuang dalam Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan Gubernur BI tentang Skema dan Mekanisme Koordinasi antara Pemerintah dan Bank Indonesia dalam rangka Pembiayaan Penanganan Kesehatan dan Kemanusiaan Guna Penanganan Dampak Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19 Melalui Pembelian di Pasar perdana oleh BI Atas Surat Utang Negara dan/atau Surat Berharga Syariah Negara yang diterbitkan Pemerintah (atau disebut SKB III).

Dalam kesepakatan tersebut, BI akan melakukan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp215 triliun pada 2021 dan Rp224 triliun di 2022.

Terkait hal tersebut, Director & Chief Investment Officer Fixed Income Manulife Aset Manajemen (MAMI) Ezra Nazula mengatakan, kelanjutan burden sharing hingga 2022 mendatang akan berimbas positif bagi pasar SBN.

Ia menjelaskan, kehadiran Bank Indonesia (BI) berarti akan memberikan porsi tersendiri dalam penerbitan SBN, melalui private placement. Hal ini akan memudahkan pemerintah dalam menekan angka penerbitan (issuance) SBN di pasar primer di tengah tingginya permintaan investor.

Hal ini akan berimbas pada prospek pasar SBN yang baik dalam beberapa waktu ke depan,” jelasnya saat dihubungi pada Rabu (25/8/2021).

Adapun, sentimen lain yang menopang prospek pasar SBN Indonesia adalah likuiditas dalam negeri yang masih tinggi, data-data makroekonomi seperti cadangan devisa, serta neraca berjalan yang masih mendukung nilai tukar rupiah.

Seiring dengan katalis tersebut, Ezra mengatakan potensi penguatan imbal hasil (yield) Surat Utang Negara (SUN) seri acuan 10 tahun masih sangat terbuka. Ia memprediksi imbal hasil SUN Indonesia akan berada di level 6 persen pada akhir tahun ini.

“Yield SUN bahkan bisa mendekati 5.5 persen jika ada inflow besar dari investor asing,” katanya.

Sementara itu, UOB Asset Management Indonesia menilai pasca burden sharing penerbitan surat utang negara (SUN) di pasar regular akan berkurang.

Chief Investment Officer UOB Asset Management Indonesia Albert Z Budiman mengatakan pasca burden sharing Bank Indonesia akan tetap membeli SUN. Menurutnya total penerbitan oleh pemerintah masih dalam jumlah realtif sama.

Selain itu jumlah penerbitan yang dilakukan melalui pasar regular akan berkurang. “Dengan asumsi permintaan masih relatif sama, kami melihat hal ini menjadikan hal yang positif terhadap pergerakan harga SUN,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper