Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Burden Sharing Dilanjutkan, Pasar SBN Indonesia Kurangi Risiko Paparan Tapering Off The Fed

Langkah ini merupakan tindakan preventif yang dilakukan pemerintah dan BI untuk mengantisipasi potensi capital outflow dan tapering off yang akan dilakukan The Fed pada 2022 mendatang.
Pialang memperhatikan Yield SUN Indonesia/Antara-Prasetyo Utomo
Pialang memperhatikan Yield SUN Indonesia/Antara-Prasetyo Utomo

Bisnis.com, JAKARTA – Perpanjangan burden sharing hingga 2022 mendatang dinilai merupakan langkah yang tepat dalam mengendalikan risiko fluktuasi berlebihan pada pasar Surat Berharga Negara (SBN).

Senior Economist Samuel Sekuritas Fikri C. Permana mengatakan, perpanjangan burden sharing antara pemerintah dengan Bank Indonesia (BI) hingga 2022 mendatang merupakan keputusan yang tepat.

Menurut FIkri, langkah ini merupakan tindakan preventif yang dilakukan pemerintah dan BI untuk mengantisipasi potensi capital outflow dan tapering off yang akan dilakukan The Fed pada 2022 mendatang. Hal ini tetap dilakukan kendati porsi kepemilikan asing terhadap SBN Indonesia tidak sebesar di tahun 2013 – 2015 dimana taper tantrum pernah terjadi.

“Perpanjangan burden sharing ini memberi sinyal ke pasar kalau stabilitas pasar SBN Indonesia menjadi perhatian khusus pemerintah dan bank sentral,” jelasnya saat dihubungi pada Selasa (24/8/2021).

Ia melanjutkan, kebijakan burden sharing juga tidak akan membebani kemampuan fiskal Indonesia dalam jangka pendek. Pasalnya, dalam kesepakatan ini, jenis SBN yang diterbitkan pemerintah adalah surat utang bertenor 5 tahun hingga 8 tahun.

Pada saat yang sama, pembagian beban antara Bank Indonesia dan pemerintah juga akan menekan risiko capital outflow dari pasar SBN. Risiko outflow yang menurun ini akan turut menekan depresiasi mata uang rupiah yang mungkin terjadi.

“Sehingga, kondisi pasar SBN Indonesia juga akan tetap optimal baik dari segi risiko maupun pergerakan imbal hasil (yield),” imbuhnya.

Lebih lanjut FIkri memprediksi, imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) seri acuan 10 tahun Indonesia masih berpotensi menguat hingga ke level 6 persen pada akhir 2021. Hal ini akan ditopang oleh sentimen perpanjangan burden sharing antara pemerintah dan Bank Indonesia.

Di sisi lain risiko pandemi virus corona juga akan terus menjadi perhatian investor. Pasar juga terus menanti perkembangan vaksinasi di seluruh dunia, termasuk Indonesia sebelum menentukan langkah selanjutnya.

Sementara itu, pergerakan imbal hasil SUN Indonesia pada tahun depan akan dibayangi oleh langkah tapering off yang akan dilakukan oleh The Fed. Sentimen ini akan memicu penguatan yield obligasi AS yang berimbas pada pelemahan imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia.

“Selain itu, pada tahun depan juga akan terjadi tarik menarik sentimen antara berapa banyak penjualan terhadap SBN yang tradeable dan berapa banyak yang dapat diserap oleh BI,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper