Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah berhasil menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan awal pekan ini, Senin (23/8/2021) di tengah tekanan isu tapering The Fed.
Nilai tukar rupiah berhasil menguat 0,28 persen atau 40 poin ke level Rp14.412,5 per dolar AS dibandingkan dengan akhir pekan lalu di level Rp14.452,5. Secara tahun berjalan, rupiah masih melemah 2,58 persen dari dolar AS.
Adapun, indeks dolar AS per pukul 15.49 WIB mengalami pelemahan 0,29 persen atau 0,271 poin ke level 93,237 dibandingkan dengan nilai indeks pada penutupan perdagangan sebelumnya 93,508.
Sebelumnya, Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan dari sisi global, dolar AS telah menguat didorong oleh ekspektasi Federal Reserve AS yang berencana mengurangi stimulus tahun ini. Mereka juga mengisyaratkan bahwa pengurangan aset dapat dimulai segera setelah 2021.
“Investor sekarang akan menantikan simposium Jackson Hole Fed, yang berlangsung dari 26 hingga 28 Agustus, untuk petunjuk lebih lanjut tentang penurunan aset dan jadwal kenaikan suku bunga,” katanya dalam keterangan resmi Jumat (20/8/2021).
Sementara dari aspek dalam negeri pasar merespon negatif terhadap rilis data Neraca Perdagangan Indonesia (NPI) yang mengalami defisit walaupun pertumbuhan ekonomi di Kuartal Kedua 2021 mengalami kenaikan di 7,07 persen.
Baca Juga
Pasalnya, kenaikan PDB kuartal II/2021 tidak bisa menopang kenaikan NPI. Bank Indonesia (BI) melaporkan, NPI pada kuartal II-2021 berada di posisi defisit US$450 juta.
Capaian itu memburuk dibandingkan kuartal sebelumnya yang surplus hingga mencapai US$4,06 miliar. NPI terdiri dari dua pos besar yaitu transaksi berjalan (current account) serta transaksi modal dan finansial.
Menurutnya defisit transaksi berjalan yang besar tidak mampu ditutup oleh pos transaksi modal dan finansial yang surplus US$ 1,92 miliar pada kuartal II 2021. Sementara transaksi berjalan mengalami defisit US$ 2,23 miliar atau 0,77 persen terhadap PDB.
Realisasi itu lebih dalam dibandingkan kuartal sebelumnya yang minus US$ 1,06 miliar atau 0,38 persen PDB. Maka itu, Ibrahim memperkirakan rupiah masih akan melemah pada pekan ketiga Agustus.