Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Asia Tertekan Rencana Tapering The Fed, Termasuk Indonesia

IHSG dan mayoritas Bursa Asia Ambrol di tengah isu tapering Federal Reserve pekan lalu.
Bursa Asia/ Bloomberg.
Bursa Asia/ Bloomberg.

Bisnis.com, JAKARTA – Sepekan lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah beriringan dengan melemahnya perdagangan saham di Amerika maupun Asia akibat adanya kekhawatiran isu tapering off The Fed.

Berdasarkan laporan mingguan Bursa Efek Indonesia (BEI) edisi 16 Agustus - 20 Agustus 2021, IHSG tercatat alami pelemahan sebesar 1,77 persen dan ditutup di level 6.030,77 pada Jumat (20/8/2021).

Pelemahan ini juga telah terjadi pada pekan sebelumnya sebesar 1,03 persen dan menempatkan IHSG di posisi 6.139,49 pada 13 Agustus 2021 lalu.

Sementara itu, berdasarkan laporan mingguan PT Infovesta Utama pada Senin (23/8/2021), selama 13 Agustus - 20 Agustus 2021, bursa Dow Jones Industrial Average mengalami pelemahan sebesar 1,22 persen.

Sama halnya dengan London FTSE 100 Index yang melemah 1,81 persen, Singapore Straits Times Index yang turun 1,98 persen, dan Shanghai Stock Exchange Composite Index turun 2,53 persen.

Kemudian pelemahan yang cukup dalam pada bursa Hong Kong Hang Seng Index sebesar 5,84 persen dan menyusul Tokyo NIKKEI 225 yang turun 3,45 persen.

“Bursa saham sebagian besar mengalami pelemahan akibat adanya kekhawatiran isu tapering off The Fed yang kemungkinan mulai dilaksanakan pada akhir tahun 2021,” tulis Infovesta dikutip Senin (13/8/2021).

Dikabarkan bahwa The Fed mempertimbangkan untuk mulai mengurangi pembelian obligasi. Hal tersebut dikarenakan data rasio tingkat pengangguran di Amerika Serikat pada Juli mengalami penurunan 5,4 persen dari bulan sebelumnya di level 5,9 persen.

Selain itu, data Non-Farm Payrolls yang juga dijadikan indikasi pemulihan ekonomi Amerika Serikat terlihat menunjukkan peningkatan menjadi sebesar 943.000 di Juli 2021 dari level 938.000 di bulan Juni 2021.

Berikutnya, tingkat inflasi negeri Paman Sam tersebut secara year on year di bulan Juli terjaga di level 5,4 persen dan berada di atas ekspektasi.

Kendati demikian, Infovesta menyebutkan Gubernur Bank Indonesia meyakini bahwa dampak pengetatan kebijakan moneter tersebut tidak akan sebesar yang terjadi pada tahun 2013.

Hal tersebut dikarenakan Bank Indonesia sendiri telah melakukan langkah antisipatif mulai Februari 2021. Selain itu mereka juga memperkuat cadangan devisa agar pergerakan nilai tukar rupiah tidak melemah terlalu dalam apabila investor asing mulai menarik dana nya dari Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper