Bisnis.com, JAKARTA - Analis mempertahankan rekomendasi beli untuk saham PT Adhi Karya (Persero) Tbk. namun menurunkan target harganya.
Analis Ciptadana Sekuritas Arief Budiman menilai penurunan pendapatan ADHI sebesar 75 persen secara kuartalan (QoQ) pada kuartal II/2021 disebabkan oleh kenaikan beban bunga dan biaya-biaya lain yang mengikis laba operasional.
Berdasarkan laporan keuangan per 30 Juni 2021, emiten dengan kode saham ADHI membukukan pendapatan senilai Rp4,44 triliun atau turun 19,58 persen dari periode yang sama tahun lalu Rp5,52 triliun.
Namun, penurunan sejumlah beban membuat laba bersih ADHI meningkat 20 persen menjadi Rp8,28 miliar dari sebelumnya Rp6,90 miliar.
“Laba ADHI lebih ditopang oleh kenaikan laba dari KSO [joint operational] sebesar 14 persen, tapi dengan adanya kenaikan 23 persen di belanja operasional sehingga laba operasional turun 2 persen menjadi Rp236,7 miliar,” tulis Arief dalam riset terbaru yang dipublikasikan lewat Bloomberg, dikutip Minggu (15/8/2021).
Walaupun kontrak baru yang didapatkan ADHI tumbuh 67,5 persen pada semester I/2021 dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi Rp6,7 triliun, Arief menilai rendahnya pengakuan pendapatan pada 2021 juga disebabkan oleh modal kerja yang ketat dalam melanjutkan pengerjaan proyek.
Baca Juga
Dia menunjukkan DER (Debt-to-Equity Ratio) milik ADHI meningkat menjadi 1,8 kali pada semester I/2021 dari 1,6 kali pada semester I/2020 dengan current ratio hanya 1,1 kali.
Belum lagi, rencana suntikan likuiditas dari pemerintah senilai Rp2 triliun untuk ADHI pada 2022 semakin menegaskan bahwa perseroan memiliki masalah dalam hal modal kerja.
Dengan pendapatan ADHI yang tidak sesuai perkiraan pada semester I/2021, Arief memangkas perkiraan pendapatan ADH menjadi rp11,82 triliun pada tahun ini dari sebelumnya Rp13,10 triliun. Sedangkan laba bersih diperkirakan hanya mencapai Rp134 miliar dari perkiraan sebelumnya Rp322 miliar.
Namun, Arief tetap merekomendasikan beli untuk ADHI dengan target harga yang lebih rendah senilai Rp875 dengan implikasi PER sebesar 9 kali.
Analisis RHB Sekuritas Ryan Santoso turut menyayangkan performa pendapatan ADHI yang kurang memuaskan pada paruh pertama tahun ini. Namun, semester kedua ini dinilai bisa membawa kesempatan untuk ADHI memperbaiki diri walaupun masih ada tantangan dari PPKM sejak Juli.
“Proyek light rail transit (LRT) yang akan beroperasi mulai pertengahan 2022 akan membuka peluang pengembangan proyek TOD,” tulis Ryan.
Adapun, mengikuti proyek LRT Jabodebek ini adalah bisnis properti TOD (Transit-Oriented Development) milik anak usaha Adhi Karya yaitu Adhi Commuter Properti (ACP).
Di sepanjang 2020, Adhi Commuter Properti telah melakukan serah terima empat proyek yaitu LRT City Bekasi–Eastern Green, LRT City Jatibening, LRT City Sentul, dan LRT City MTH.
Namun, Arief mengingatkan risiko tetap ada dari PPKM berkepanjangan yang dapat mendorong pemerintah merealokasi dana publik dari proyek infrastruktur ke program sosial.
RHB Sekuritas mempertahankan rekomendasi beli untuk saham ADHI dengan target harga Rp1.400.
Di lantai bursa, saham ADHI ditutup turun 1,40 persen menjadi Rp705 pada akhir perdagangan Jumat (13/8/2021). Sejak awal tahun, harga terkoreksi 54,07 persen dengan kapitalisasi pasar Rp2,51 triliun.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.