Bisnis.com, JAKARTA – Emiten teknologi berstatus unicorn, PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) dinilai masih cenderung bersifat spekulatif sehingga kurang cocok untuk dijadikan investasi jangka panjang.
Direktur Ekuator Swarna Investama Hans Kwee menilai untuk saat saham BUKA masih bersifat spekulatif karena industri marketplace belum menunjukkan dominasinya di pasar modal.
"Kalau kita mau investasi jangka panjang Bukalapak bukan pilihan tetapi kalau untuk spekulasi mungkin bisa kita pakai," paparnya dalam webinar daring, dikutip Jumat (13/8/2021).
Menurutnya, pasar marketplace masih bersifat tertutup sehingga sulit untuk ditembus karena terlalu banyak pemainnya seperti Tokopedia, Bukalapak, Lazada, Shopee, JD ID dan lainnya.
Saat ini, lanjut Hans, GoTo memiliki perbedaan dibandingkan dengan perusahaan teknologi yang sejenis, di mana GoTo tidak hanya terbentuk dari Tokopedia tetapi juga Gojek dengan sistem pembayaran digitalnya yakni Gopay.
"GoTo tidak hanya punya Tokopedia tetapi punya Gojek dan Gopay di dalamnya sehingga GoTo punya ekosistem yang jauh lebih kuat dibandingkan Bukalapak," imbuhnya.
Baca Juga
Hans berpendapat, saham emiten berkode BUKA ini memanfaatkan momentum karena menjadi startup unikorn teknologi pertama yang melantai di pasar bursa. Hal ini membuat Bukalapak mendapat euforia yang lebih besar dari investor.
Hans kembali menekankan bahwa pertandingan antara perusahaan teknologi ini belum berakhir, sehingga saham BUKA bukan menjadi pilihan untuk investasi jangka panjang.
Pada perdagangan Jumat (13/8/2021) hingga pukul 14:11 WIB, saham BUKA terpantau stagnan di level Rp965 per saham setelah pada akhir sesi I mampu menguat 3,11 persen ke level Rp995 per saham dengan kapitalisasi pasar Rp102. Padahal, pada 30 menit pertama perdagangan hari ini saham BUKA bertahan di zona merah.