Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mengenal Green Sukuk, Instrumen Pembiayaan Proyek Ramah Lingkungan 

Green sukuk adalah gabungan antara instrumen investasi yang mengedepankan proyek berbasis hijau dan sukuk berbasis syariah. 
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Luky Alfirman (dalam layar) memberikan pemaparan dalam webinar  Mid Year Economic Outlook 2021: Prospek Ekonomi Indonesia Pasca Stimulus, Relaksasi dan Vaksinasi di Jakarta, Rabu (7/7/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Luky Alfirman (dalam layar) memberikan pemaparan dalam webinar Mid Year Economic Outlook 2021: Prospek Ekonomi Indonesia Pasca Stimulus, Relaksasi dan Vaksinasi di Jakarta, Rabu (7/7/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA – Green sukuk merupakan bagian dari Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) yang digunakan untuk memenuhi sebagai dari target pembiayaan APBN. 

Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Luky Alfirman menuturkan green sukuk atau sukuk hijau merupakan salah satu inovasi pemerintah dalam menerbitkan instrumen pembiayaan untuk proyek berbasis hijau, sehingga dapat merangkul investor yang lebih luas. 

Lebih lanjut, Luky menjelaskan green sukuk adalah gabungan antara instrumen investasi yang mengedepankan proyek berbasis hijau dan sukuk berbasis syariah. 

"Green investor banyak belum tahu sukuk sisi lain investor sukuk yang kurang care dengan elemen green, jadi kita mengkombinasikan dua instrumen dengan karakter yang berbeda sehingga memperkaya instrumen tersebut," jelas Luky kepada Bisnis, Senin (9/8/2021). 

Instrumen pembiayaan yang mengedepankan proyek hijau ini pertama kali diluncurkan untuk menyasar investor global pada 2018 dengan nama Global Green Sukuk. 

Melihat tingginya minat investor terhadap Global Green Sukuk, pada 2019 pemerintah menerbitkan sukuk hijau untuk retail. Sukuk hijau untuk retail ini juga sudah ditawarkan secara daring melalui platform digital. 

Lucky mengatakan dana yang terhimpun akan digunakan untuk tiga sektor yakni sektor sustainable transportation, resilience for climate change, dan waste management. 

“Contohnya untuk sustainable transportation, saat ini Indonesia masih bergantung pada kendaraan pribadi kita mencoba mendorong proyek yang berfokus pada penggunaan transportasi publik misalnya MRT,” imbuhnya. 

Lebih lanjut, Luky menegaskan bahwa green sukuk merupakan instrumen pembiayaan APBN secara keseluruhan bukan berdasarkan sebuah proyek atau project bond. 

“Kalau green sukuk ini menggunakan project underlying, keuntungannya kita alternatif atau fleksibilitas kalau misalnya ada satu proyek yang gak jalan, kita bisa ganti dengan proyek yang lain,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Yuliana Hema
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper