Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

HUT ke-44 Pasar Modal: Investor Ritel Harapkan Perlindungan Lebih, Begini Penjelasannya

Ketua Masyarakat Investor Sekuritas Indonesia (MISSI) Sanusi mengungkapkan setelah berjalan cukup lama, pasar modal Indonesia masih menghadapi tantangan dari sisi perlindungan terhadap investor terutama investor ritel.
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (29/6/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (29/6/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA - Setelah 44 tahun berjalan, Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali mencatatkan sejarah IPO terbesar dan terus berkembang. Kendati demikian, perlindungan investor masih menjadi tantangan.

Ketua Masyarakat Investor Sekuritas Indonesia (MISSI) Sanusi mengungkapkan setelah berjalan cukup lama, pasar modal Indonesia masih menghadapi tantangan dari sisi perlindungan terhadap investor terutama investor ritel. Padahal, sejak 2020, pertumbuhan investor ritel sangat signifikan.

"Tantangan kembali pada perlindungan investor oleh regulator. Peluang ada dengan tumbuhnya jumlah investor, bagi investor yang mau bekerja keras, belajar dan disiplin makin terbuka kemungkinan untuk berhasil di pasar modal," jelasnya kepada Bisnis, Senin (9/8/2021).

Dia menyebutkan harapan investor yang utama   adalah perlindungan terhadap investor ditingkatkan. Contohnya, saham yang baru menawarkan sahamnya ke publik (IPO) semua pemegang saham pengendali menjual semua kepemilikan ke pasar kepada investor ritel.

Contohnya, PT Envy Technologies Indonesia Tbk. (ENVY) dengan publik di bawah 5 persen sebagai pemegang saham mayoritas dengan persentase 93,37 persen. Saat ini harga sahamnya mentok di Rp50 per lembarnya.

Selain itu, ada PT Jaya Bersama Indo Tbk. (DUCK) yang pemegang saham publik di bawah 5 persen memegang 86,99 persen sahamnya.

Adapula, PT Sky Energy Indonesia Tbk. (JSKY) yang pemegang saham publik di bawah 5 persen menjadi mayoritas dengan persentase 68,19 persen.

"ENVY kepemilikan publik 91 persen lebih, saat ini minoritas yang mengendalikan perusahaan tersebut. Begitu juga JSKY dan lainnya, minoritas yang mengendalikan perusahaan," paparnya.

Menurutnya, harus dicarikan aturan yang dapat melindungi investor publik dalam kasus seperti ini. Dalam banyak kasus, saham yang delisting mereka tidak melaporkan laporan keuangan lagi ke OJK dan akhirnya di delisting seperti TMPI yang kepemilikan publiknya lebih dari 90 persen.

"Investor berharap dilindungi dari rekayasa keuangan yang dilakukan emiten. Tingkatkan perlindungan investor publik," urainya.

Setelah 44 tahun diaktifkan kembali, Bursa Efek Indonesia terus berkembang. Hingga 9 Agustus 2021, sudah ada 740 perusahaan tercatat dengan total kapitalisasi pasar mencapai Rp7.481 triliun.

Sepanjang tahun berjalan 2021, BEI kedatangan 28 emiten anyar, termasuk salah satunya perusahaan unikorn PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) yang meraup dana IPO terbesar sepanjang sejarah BEI, mencapai Rp21,9 triliun.

Di sisi lain, perkembangan jumlah investor di pasar modal sangat signifikan. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pertumbuhan jumlah investor hingga akhir Juli sudah mencapai 50 persen menjadi 5,28 juta SID. Menariknya, peningkatan jumlah investor itu didominasi milenial dan generasi z dengan jumlah mencapai 58,39 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper