Bisnis.com, JAKARTA – Unicorn teknologi PT Bukalapak.com (BUKA) dinilai memiliki prospek bisnis yang cerah seiring peningkatan pada segmen bisnis online to offline (o2o).
Analis Sucor Sekuritas Paulus Jimmy mengatakan saat ini BUKA memang masih membukukan rugi bersih. Namun, dengan memperkuat segmen o2o ada kemungkinan performa buruk itu akan tergantikan.
“Ke depan bisnis utama Bukalapak akan difokuskan pada o2o dengan platform Mitra Bukalapak. Mereka akan menggandeng warung untuk diubah menjadi toko modern,” katanya kepada Bisnis pada Jumat (6/8/2021).
Jimmy menilai segmen bisnis o2o lebih sehat dan berpotensial dibandingkan dengan bisnis e-commerce. Pasalnya, di Indonesia terdapat 64 juta UMKM ritel dengan biaya akuisisi yang rendah. Sementara dalam industri e-commerce tiap perusahaan berupaya menarik konsumen dengan strategi bakar uang.
Maka itu, Paulus menilai segmen o2o BUKA memiliki peluang tumbuh yang signifikan dengan modal yang kecil. Sejauh ini ada 6,9 juta e-warung yang terdaftar sebagai Mitra Bukalapak yang berkontribusi atas 27 persen Total Processing Value (TPV).
Sejak 2018, pendapatan segmen Mitra Bukalapak naik dari posisi Rp14,8 miliar menjadi Rp198,8 miliar pada akhir 2020. Selain itu, secara valuasi metriks EV/GMV BUKA hanya 0,75, lebih rendah dibandingkan emiten e-commerce lain di dunia.
Baca Juga
Misalnya saja Jumia 3,32 kali, Shopify Inc. 1,11 kali, dan Sea Limited 1,36 kali.
Sementara itu, Analis Panin Sekuritas William Hartanto menambahkan bahwa salah satu faktor yang mendorong investor untuk berebut 1 lot saham BUKA adalah fear of missing out (FOMO).
“Ini bid yang paling besar pernah saya lihat di pasar modal,” ungkapnya. William menilai saham BUKA akan terus menguat seiring euforia saham teknologi masih berlanjut. Menurutnya sampai minggu depan masih memungkinkan untuk menguat.
Dia menyarankan bagi investor untuk cermat sebab dari sisi kinerja BUKA belum profit. Tetapi, tidak ada salahnya untuk mengikuti tren yang ada.