Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tutup Pekan Ini, Rupiah Berakhir Melemah Tipis

Rupiah ditutup turun tipis 0,07 persen atau 10 poin menjadi Rp14.492,50 per dolar AS.
Karyawan menunjukan Dolar AS di Jakarta, Rabu (27/1/2021). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 15 poin atau 0,11 persen menjadi Rp14.050 per dolar AS. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menunjukan Dolar AS di Jakarta, Rabu (27/1/2021). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 15 poin atau 0,11 persen menjadi Rp14.050 per dolar AS. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah kembali ditutup melemah pada perdagangan akhir pekan ini, Jumat (23/7/2021).

Berdasarkan data Bloomberg pada Jumat (22/7/2021), rupiah ditutup turun tipis 0,07 persen atau 10 poin menjadi Rp14.492,50 per dolar AS.  Adapun, indeks dolar AS hingga 15.51 WIB terpantau naik tipis di level 92,89 dari penutupan sebelumnya 92,83.

Sebelumnya, Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam laporannya mengatakan, penguatan rupiah hari ini salah satunya ditopang oleh mulai berkurangnya penambahan kasus positif virus corona di Indonesia.

“Terus menurunya kasus Covid-19 memperbesar peluang dilonggarkannya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro Darurat atau yang saat ini disebut PPKM Level 3 dan 4, pada 26 Juli mendatang,” katanya, Kamis (23/7/2021).

Selain itu, Bank Indonesia (BI) merevisi ke bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi domestik.

"Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2021 menjadi 3,5-4,3% dari proyeksi sebelumnya 4,1-5,1%," ungkap Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam konferensi pers usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) edisi Juli 2021, Kamis (22/7/2021).

Titik tengah dari proyeksi baru itu, lanjut Perry, adalah 3,9 persen. Menurut Perry, masih ada kemungkinan pertumbuhan ekonomi 2021 lebih tinggi dari titik tengah tersebut.

Sementara itu, dari luar negeri, investor tengah menunggu keputusan kebijakan Bank Sentral Eropa (ECB) di kemudian hari. ECB secara luas diperkirakan akan mempertahankan sikap dovish dan menerapkan perubahan dalam strateginya untuk pertama kalinya.

“ECB secara luas diperkirakan akan tetap dovish, jadi ini dapat menyebabkan euro melemah terhadap dolar yang menyebabkan greenback naik, yang akan negatif untuk emas. Untuk saat ini, momentum jangka pendek emas tampaknya condong ke bawah," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper