Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wall Street Sentuh Rekor Tertinggi Merespons Komentar Powell

indeks Dow Jones Industrial Average ditutup menguat 0,13 persen ke 34,933,23 dan S&P 500 naik 0,12 persen ke rekor tertinggi 4.374,30. Di sisi lain, indeks Nasdaq Composite melemah 0,22 persen.
Marka jalan di dekat New York Stock Exchange (NYSE) di Manhattan, New York City/REUTERS/Andrew Kelly
Marka jalan di dekat New York Stock Exchange (NYSE) di Manhattan, New York City/REUTERS/Andrew Kelly

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat (AS) kembali menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa pada penutupan perdagangan Rabu (14/7/2021), setelah Gubernur Federal Reserve Jerome Powell membuat alasan untuk mempertahankan stimulus ekonomi.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Dow Jones Industrial Average ditutup menguat 0,13 persen ke 34,933,23 dan S&P 500 naik 0,12 persen ke rekor tertinggi 4.374,30. Di sisi lain, indeks Nasdaq Composite melemah 0,22 persen.

Wall Street berfluktuasi setelah Powell menekankan kepada Kongres bahwa pemulihan ekonomi AS masih belum cukup berkembang sehinggas pengurangan stimulus seperti program pembelian aset belum dapat dilakukan dalam waktu dekat.

Saham Apple dan Microsoft menguat dan menyentuh rekor tertinggi. Di sisi lain, saham Bank of America turun melemah setelah pendapatan kuartal kedua gagal mengesankan investor.

Imbal hasil Treasury AS 10 tahun melemah di bawah 1,4 persen dan dolar AS terkoreksi. Powell menambahkan bahwa inflasi kemungkinan akan tetap tinggi dalam beberapa bulan mendatang sebelum kembali melandai.

"Ini mendukung pandangan kami bahwa Fed ingin ekonomi berjalan panas dan akan mentolerir inflasi jangka pendek yang melampaui batas," kata kepala ekonom AS di Mizuho Americas Steven Ricchiuto, seperti dikutip Bloomberg, Rabu (14/7/2021).

Data inflasi AS bulan Juni 2021 pada hari Selasa melampaui seluruh perkiraan dan menunjukkan biaya yang lebih tinggi terkait dengan pembukaan kembali dari pandemi.

Pejabat the Fed mengatakan mereka memperkirakan tekanan seperti itu bersifat sementara tetapi beberapa komentator melihat risiko kenaikan yang lebih tahan lama yang dapat memaksa pengurangan stimulus lebih cepat dari perkiraan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper