Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sentimen Bank Dunia Bikin Rupiah Kembali Lesu ke Rp14.537

Nilai tukar rupiah dibuka terkoreksi 0,09 persen ke level Rp14.537,2 per dolar AS, sedangkan indeks dolar AS naik 0,03 persen ke posisi 92,447.
Karyawati salah satu bank memperlihatkan uang rupiah dan dolar di Jakarta, Kamis (29/4/2021). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati salah satu bank memperlihatkan uang rupiah dan dolar di Jakarta, Kamis (29/4/2021). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah dibuka di zona merah pada perdagangan Jumat (9/7/2021) seiring dengan penguatan dolar AS.

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah dibuka terkoreksi 0,09 persen ke level Rp14.537,2 per dolar AS, sedangkan indeks dolar AS naik 0,03 persen ke posisi 92,447.

Sebelumnya,nilai tukar rupiah diprediksi akan melanjutkan tren pelemahan pada perdagangan Jumat (9/7/2021).

Ibrahim Assuaibi, Direktur TRFX Garuda Berjangka, dalam laporannya menyebutkan, pergerakan rupiah hari ini diprediksi akan cukup fluktuatif. Namun, nilai tukar rupiah akan kembali ditutup melemah.

"Pergerakan rupiah hari ini berada di kisaran Rp14.510 - Rp14.600," kata Ibrahim dikutip dari risetnya.

Pada Kamis kemarin, nilai tukar rupiah melemah 0,29 persen atau 42,5 poin ke level 14.525 per dolar AS. Walaupun, sempat melemah 65 poin dari penutupan sebelumnya di level Rp14.482.

Ibrahim menuturkan Indonesia baru saja dicap sebagai negara berpendapatan menengah bawah (lower middle income) oleh Bank Dunia disebabkan belum tertangani lonjakan pandemi Covid-19 sampai saat ini.

"Tercatat bahwa Gross National Income [GNI] atau pendapatan nasional bruto Indonesia saat ini sebesar US$ 3.979 per kapita. Artinya Indonesia turun satu kasta setelah 2019 lalu Indonesia berperingkat sebagai negara berpendapatan menengah ke atas [upper middle income]," urainya.

Pandemi Covid-19 pada 2020 telah membuat perekonomian Indonesia luluh lantak. Ekonomi Indonesia pada tahun 2020 mengalami kontraksi pertumbuhan 2,07 persen dibandingkan tahun 2019. Realisasi tersebut merupakan kontraksi yang terparah sejak 1998.

Kendati demikian, pemerintah optimistis Indonesia bisa kembali menjadi negara berpendapatan kelas menengah ke atas, apabila pandemi covid-19 sudah berakhir.

"Ini perlu kerja sama antar lembaga, baik pemerintah maupun masyarakat guna untuk menghentikan lonjakan kasus Covid-19 serta dibarengi dengan vaksinasi massal," paparnya.

Secara bersamaan, Bank Indonesia (BI) kemarin melaporkan cadangan devisa (cadev) per akhir Juni 2021 sebesar US$ 137,1 miliar, naik US$ 700 juta dibandingkan bulan sebelumnya.

Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 9,2 bulan impor atau 8,8 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper