ANJ Menikmati Buah Manis dari Program Peremajaan

Peremajaan itu mengerek produktivitas sehingga dirasakan oleh pihaknya pada 2020 dan terus berlanjut pada 2021
Aktivitas di perkebunan PT Austindo Nusantara Jaya Tbk. (ANJT). Istimewa
Aktivitas di perkebunan PT Austindo Nusantara Jaya Tbk. (ANJT). Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJ), menikmati buah dari program peremajaan tanaman kelapa sawit yang dirintis sejak 2015 silam.

Lucas Kurniawan, Wakil Direktur Utama, ANJ menuturkan bahwa peremajaan itu mengerek produktivitas sehingga dirasakan oleh pihaknya pada 2020 dan terus berlanjut pada 2021, di mana pada kuartal I tahun ini, produksi CPO tumbuh 20,7 persen dibanding kuartal I tahun lalu, mencapai 62.559 ton menyusul mulai berproduksinya perkebunan di Papua Barat dan tanaman yang sudah diremajakan di Belitung.

“Di masa sebelumnya peremajaan berkisar 500 ha sampai 1000 ha dan pernah di tahun tertentu mencapai 2000 ha. Ini seimbang antara biaya belanja modal dan arus kas. Untuk tahun-tahun selanjutnya kita terus terapkan 500 sampai 1000 ha serta memperhatikan keseimbangan arus kas,” terangnya dalam bincang instagram di kanal @bisniscom, Kamis (8/7/2021).

Produktivitas itu dipastikan akan semakin menanjak jika perkebunan di daerah Sumatra Selatan dapat  beroperasi. Saat ini, tutur Lucas, pihaknya masih fokus pada tahap pembebasan lahan hingga 2023 mendatang dengan memperhatikan prinsip keberlanjutan RSPO, termasuk analisis dampak lingkungan dan terus menjalin komunikasi yang intens dengan masyarakat sekitar.

Lucas menilai bahwa ANJ sudah berjalan di jalur yang tepat karena sampai dengan Juni 2021, tingkat produktivitas sejalan dengan target yang ditetapkan. Lihat saja, kuartal II 2021 lebih tinggi dibandingkan kuartal I 2021, apalagi dibandingkan dengan semester I 2020.

“Kita memang sudah di jalur yang tepat dengan strategi peremajaan dan aspek-aspek keberlanjutan seperti penerapan kompos dan memperhatikan dampak cuaca sehingga strategi dan program yang kita susun untuk memitigasi dampak dari cuaca ekstrim dapat berjalan dengan baik,” urainya.

Dengan asumsi semua berjalan sesuai dengan harapan, pihaknya optimistis menatap semester II 2021, masa di mana perkebunan kelapa sawit mencapai panen puncak sehinga produktivitas lebih tinggi dibandingkan semester sebelumnya. Dia berharap permintaan tidak menurun sehingga bisa menghindari terjadinya koreksi harga CPO.

Harga, tentu saja diharapkan tetap tinggi mengingat di benua Amerika terjadi kekeringan sehingga menghambat produksi minyak kedelai yang menjadi saingan penghasil minyak nabati sedangkan pemerintah Amerika meningkatkan penyerapan biofuel yang menggunakan minyak kedelai. Selain itu, penyerapan biofuel B30 dari Pemerintah Indonesia pun diharapkan tetap menjaga harga CPO.

“Soal harga, sekarang harga CPO dalam negeri mencapai ekuivalen US$700. Kalau kita perhatikan di pasar dunia ekuivalennya pernah mencapai di US$1100 tapi kemudian turun karena adanya ekspektasi minyak kedelai di Amerika akan tumbuh signifikan. Minyak kedelai dianggap rival kelapa sawit karena saling menggantikan. Tapi ada beberapa hal, misalkan akhir-akhir ini Pemerintah India turunkan pungutan impor, dan relaksasi kebijakan untuk bolehkan impor minyak sawit yang sudah direfinasi. Jadi untuk demand kami percaya di semester II tetap baik dan kita harapkan harga bisa stabil di US$650. Kalau kondisi saat ini bertahan sedikit di atas US$ 700,” jelasnya. 

Terkait tantangan, pihaknya melihat pada semester I, pandemi Covid-19 masih menjadi momok di mana India sebagai importir sawit, dan juga Indonesia sebagai penghasil, diterpa tsunami Covid. Harapannya, pada semester II situasi ini bisa lebih terkendali melalui vaksinasi sehingga imun menjadi lebih kuat dan mendorong aktivitas yang mendongkrak perekonomian.

Tantangan lain tentu saja adalah cuaca yang ekstrim. Pihaknya pernah mengalami situasi kekeringan yang mempengaruhi produktivitas kelapa sawit  dan butuh pemulihan 1-2 tahun, serta rentan terhadap kebakaran. Pernah juga curah hujan sangat tinggi sehingga mengganggu proses pemanenan. Untuk mengantisipasi cuaca, pihaknya melakukan langkah antisipasi seperti meningkatkan penggunaan kompos serta fertigasi tetes yang saat ini tengah diujicobakan di areal yang terbatas. 

“Fertigasi tetes bertujuan mengendalikan penggunaan air. Dengan teknik ini, 5 tahun ke depan kita targetkan bisa turunkan 5% konsumsi air untuk produksi minyak sawit,” tuturnya.

ANJ Menikmati Buah Manis dari Program Peremajaan

 

PENGHARGAAN

ANJ, tutur Lucas, terus berkomitmen untuk menjaga keberlanjutan lingkungan dalam setiap proses bisnis di kawasan perkebunan miliknya. Komitmen ini berbuah manis yang ditandai dengan penghargaan PROPER Emas dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang diberikan kepada anak perusahaan ANJ di Belitung, yang merupakan perkebunan kelapa sawit pertama yang meraih PROPER Emas. Patut diketahui, PROPER Emas berarti sebuah perusahaan sudah menerapkan pengelolaan lingkungan secara menyeluruh dan kontinu dan metode pengukuran ini telah dipuji berbagai pihak termasuk Bank Dunia, dan jadi salah satu bahan studi kasus di Harvard Institute for International Development.

Selain itu, kebun milik ANJ di Sumatra Utara I pun turut meraih penghargaan PROPER Hijau untuk kedua kalinya dan target ke depan, semua kebun milik ANJ akan didorong untuk meraih penghargaan jenis tersebut. Untuk meraih itu, dibutuhkan kerja sama yang erat antar berbagai tim dalam tubuh ANJ.

Selain memperhatikan keberlanjutan lingkungan hidup, ANJ tuturnya, juga memiliki Program Pengembangan Masyarakat sekitar perkebunan di mana pihaknya mengalokasikan anggaran hingga US$6 juta. Program Pengembangan Masyarakat yang dilakukan oleh ANJ disesuaikan dengan konteks, tantangan, dan kebutuhan lokal. Di Papua Barat misalkan, pihaknya mengembangkan program Warung Mama dengan tujuan mendorong produktivitas ekonomi kaum perempuan dan diharapkan akan membantu meningkatkan kreativitas para mama untuk mengembangkan produk olahan sagu.

Di wilayah lain pihaknya mengembangkan alternatif pengembangan ekonomi di mana masyarakat diajak untuk mengembangkan berbagai tanaman produktif seperti edamame serta tanaman lainnya yang mempunyai nilai lebih tinggi. Patut dicatat, budidaya edaname merupakan salah satu lini usaha ANJ dan saat ini sudah menembus pasar internasional, termasuk Jepang. Bentuk kemitraan yang telah terjalin antara anak perusahaan ANJ dengan petani binaan adalah dalam bentuk Kerja Sama Operasional (KSO), dimana para petani mendapatkan pendampingan selama masa tanam dan panen sehingga dapat menghasilkan edamame yang berkualitas.

“Intinya kita membangun program kerja yang terintegrasi dengan memperhatikan prinsip keberlanjutan,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Media Digital
Editor : Media Digital
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

# Hot Topic

Rekomendasi Kami

Foto

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper