Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Tak Menentu, Obligasi Tenor Pendek Bisa Jadi Pilihan Korporasi

Data Pefindo menunjukkan surat utang tenor 1, 3, dan 5 tahun hampir mencakup 91 persen dari nilai emisi obligasi korporasi pada paruh pertama tahun ini.
Karyawan melintas di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (16/4/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawan melintas di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (16/4/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Volatilitas pasar yang tinggi membuat penerbitan obligasi korporasi pada tahun ini akan didominasi oleh tenor-tenor pendek-menengah.

Direktur Utama Pefindo Salyadi Saputra mengatakan, penerbitan surat utang korporasi sepanjang semester I/2021 didominasi oleh tenor pendek-menengah.

“Tenor 1, 3, dan 5 tahun hampir mencakup 91 persen dari nilai emisi obligasi korporasi pada paruh pertama tahun ini,” katanya dalam diskusi daring Pefindo, Kamis (8/7/2021).

Berdasarkan data Pefindo, tenor 1 tahun mencakup 34 persen dari penerbitan pada semester I/2021. Jumlah tersebut naik dibandingkan dengan catatan pada semester I/2020 sebesar 28,2 persen.

Sementara itu, tenor 3 tahun juga mengalami kenaikan dari 37,7 persen dari total emisi menjadi 41,1 persen pada paruh pertama tahun 2021. Sementara itu, obligasi bertenor 5 tahun mengalami penurunan dari 18 persen menjadi 15,7 persen.

Salyadi memaparkan, tren penerbitan obligasi bertenor pendek-menengah ini disebabkan oleh tingginya ketidakpastian di pasar. Hal ini membuat investor lebih cenderung memikirkan prospek investasi dalam jangka pendek.

“Karena kalau mereka kunci investasinya di instrumen jangka panjang, akan sulit keluarnya di tengah volatilitas pasar,” jelasnya.

Di sisi lain, langkah emiten yang menerbitkan surat utang bertenor pendek juga dilandasi oleh faktor adaptasi. Perusahaan harus memiliki fleksibilitas yang cukup tinggi untuk menerbitkan obligasi, apalagi di tengah kondisi pasar yang tidak menentu.

Ia melanjutkan, apabila sebuah emiten menerbitkan surat utang bertenor panjang di tengah volatilitas tinggi, maka investor juga akan meminta kupon yang besar. Hal tersebut akan meningkatkan risiko gagal bayar (default) sebuah perusahaan.

“Mereka juga akan kehilangan kesempatan untuk menikmati tren suku bunga rendah yang saat ini sedang berlaku," imbuhnya.

Ke depan, Salyadi memprediksi tenor pendek-menengah masih akan mendominasi penerbitan surat utang korporasi pada semester II/2021. Salah satu sentimen pendukung outlook ini ialah tren kenaikan kasus positif virus corona di Indonesia dan kebijakan PPKM Darurat yang tengah diterapkan.

Menurutnya, hal tersebut akan meningkatkan risiko pada pasar surat utang korporasi Indonesia. Hal tersebut juga ditambah dengan potensi langkah tapering dari The Fed yang akan turut berdampak pada pasar obligasi domestik. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper